ANDALPOST.COM – Kunjungan pertama Menteri Keuangan (Menkeu) Amerika Serikat (AS), Janet Yellen, ke China bertujuan untuk memperbaiki hubungan ekonomi antar kedua negara.
Pasalnya, komunikasi antara China dan AS sempat membeku. Terlebih, dengan adanya pembatasan baru Beijing pada ekspor beberapa logam juga memicu ketegangan baru.
Pejabat AS mengatakan mereka mengharapkan diskusi blak-blakan selama perjalanan Yellen pada 6-9 Juli.
Yakni, usai pengumuman mendadak Beijing mengenai kontrol ekspor beberapa produk galium dan germanium yang banyak digunakan dalam semikonduktor. Serta, undang-undang kontra spionase baru.
Seluruh hal tersebut berpotensi menimbulkan ancaman bagi perusahaan AS.
Tidak ada terobosan besar yang diharapkan, tetapi Yellen akan mendorong untuk membuka jalur komunikasi serta koordinasi baru dalam masalah ekonomi.
Dia juga menekankan konsekuensi atas pasokan bantuan mematikan ke Rusia.
Pejabat China prihatin dengan rencana pemerintahan Biden untuk membatasi investasi perusahaan AS di China.
Mereka menilai langkah tersebut sebagai upaya untuk memisahkan kedua ekonomi.
Terlebih, perekonomian China pulih lebih lambat dari yang diharapkan lantaran lockdown COVID-19.
Yellen Diharapkan Dapat Memperbaiki Hubungan
Kala itu, Xi Jinping dan Blinken sepakat persaingan kedua negara tidak boleh mengarah ke konflik. Serta, di tengah pembekuan komunikasi militer antar kedua negara.
“Tidak ada yang bisa menggantikan diplomasi,” kata seorang pejabat senior pemerintahan, Rabu (05/07/2023).
Wu Xinbo, seorang profesor di Universitas Fudan China, menggambarkan Yellen sebagai suara pemerintahan Biden yang diharapkan mampu memperbaiki hubungan Beijing dan Washington.
Kunjungan Yellen juga diharapkan mampu membawa pencerahan di masa depan dengan Menteri Perdagangan Gina Raimondo tentang tarif dan sanksi pada perusahaan teknologi China.
Tetapi beberapa kritikus mengatakan pertemuan itu justru mengesampingkan isu-isu penting.
Derek Scissors, rekan senior di American Enterprise Institute menyebut Yellen memulai perjalanan sia-sia, mengingat penolakan China untuk terlibat dalam masalah militer yang berpotensi berbahaya.
“Mereka terlihat seperti pemohon. Dari sisi keamanan, orang China tidak mau berbicara dengan kami, jadi sepertinya sisi ekonomi digunakan sebagai pengganti.”
“Bukan tidak penting, tapi tidak menyenangkan dan aneh,” terang Derek.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.