Namun, kini Hungaria malah bimbang di saat invasi Rusia terhadap Ukraina masih berlanjut.
Viktor Orban pun berulang kali menolak untuk memutus hubungan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Tetapi, di tengah ketegangan yang kian meningkat, Hungaria justru menghalangi ekspansi NATO.
Dengan kata lain, sementara Hungaria membutuhkan UE dan NATO guna mengamankan kedaulatannya, Orban melihat masa depan bersama negara China, Rusia, dan Turki.
Sanksi AS Uji Loyalitas Hungaria
Sanksi AS merupakan sinyal kuat bahwa Hungaria tengah berada dalam masalah.
Hungaria yang secara kontroversial diundang ke Budapest pada tahun 2019, dipandang oleh dinas keamanan Barat sebagai pusat spionase Rusia.
Sehingga, AS dilaporkan tengah mempersiapkan tindakan lebih lanjut yang akan menargetkan Viktor Orban.
“Ini adalah sinyal diplomatik kecil, tetapi sangat signifikan bagi Hungaria,” kata Attila Mesterhazy, mantan anggota parlemen dan presiden Majelis Parlemen NATO.
Lantaran meningkatnya tekanan terhadap Hungaria, Viktor Orban pun langsung memberikan tanggapan.
Hanya selang sehari setelah sanksi diumumkan, Hungaria mengundurkan diri dari The International Investment Bank (IIB).
Selain itu, Budapest juga akan meratifikasi keanggotaan NATO Swedia yang menjadi sekutu Hungaria.
Pasalnya, Hungaria tidak mungkin berdiri sendiri tanpa sokongan dari negara lain.
Alhasil, tak heran jika Orban meyakinkan sekutunya, yakni China, Rusia, dan Turki untuk tetap setia meskipun AS telah menjatuhkan sanksi. (spm/ads)