Lebih lanjut, Korea Utara kian meningkatkan uji coba militer dengan menembakkan rudal balistik jarak pendek pada hari Senin (27/3).
Negara tersebut juga melakukan simulasi serangan balik nuklir minggu lalu terhadap Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan.
Pasalnya, Korea Utara menuduh kedua negara itu tengah melakukan latihan invasi.
Simulasi Berbarengan dengan Kapal AS Berlayar ke Korea Selatan
Diketahui, Korea Utara melakukan simulasi ledakan udara nuklir menggunakan dua rudal balistik taktis selama pelatihan pada Senin (27/3).
Militer Korea Utara pun menguji sistem senjata strategis bawah air lagi pada 25-27 Maret lalu.
Semua langkah tersebut dilakukan saat kapal induk AS yang dipimpin oleh USS Nimitz tiba di pangkalan laut Korea Selatan pada Selasa (28/3).
Kapal itu berlayar setelah kedua negara menggelar latihan militer bersama dua hari sebelumnya.
Para pejabat Seoul mengatakan, latihan gabungan itu dirancang untuk meningkatkan kemampuan militer. Terutama kekuatan nuklir guna mencegah serangan sekutu.
Terlebih, sejauh ini Korea Utara memang kian gencar melontarkan ancaman terhadap dua negara tersebut.
Kedatangan kapal induk yang pertama kalinya selama hampir enam tahun itu, juga menandai peringatan 70 tahun aliansi Korea Selatan dengan AS.
Namun, Korea Utara justru menuduh AS dan Korea Selatan semakin meningkatkan latihan invasi yang memicu ketegangan.
Outlet media partai berkuasa Korea Utara, Rodong Sinmun menjelaskan, latihan militer terutama yang melibatkan kapal induk merupakan deklarasi perang terbuka dan persiapan untuk melawan serangan Kim Jong Un.
“Latihan perang bukan hanya latihan militer tetapi latihan perang nuklir untuk serangan pendahuluan. Berdasarkan opsi politik dan militer AS untuk meningkatkan konfrontasi dengan DPRK dan akhirnya mengarah ke perang,” beber Rodong Sinmun.
DPRK sendiri merupakan singkatan dari nama resmi Korea Utara, Republik Demokratik Rakyat Korea. (spm/ads)