Namun, Newton-Rex dengan keras menentang argumen ini. Ia menyatakan bahwa perusahaan besar, yang bernilai miliaran dolar, melatih model AI generatif pada karya pencipta tanpa memperoleh izin yang diperlukan.
“Saya tidak akan berpikir ‘ya, saya pasti akan memberikan komposisi saya pada sistem seperti ini’. Saya rasa saya tidak akan menyetujuinya,” ujarnya.
Newton-Rex pun menekankan bahwa praktik seperti itu tidak dapat diterima dalam masyarakat. Di mana struktur ekonomi seni kreatif sangat bergantung pada perlindungan hak cipta.
Kepergian seorang eksekutif senior karena masalah etika tersebut menggarisbawahi perpecahan internal dan perdebatan industri seputar penggunaan materi berhak cipta secara etis dalam pengembangan AI.
Implikasi yang lebih luas dari kontroversi ini tidak hanya mencakup Stabilitas AI, namun juga menimbulkan pertanyaan tentang tanggung jawab perusahaan AI untuk menghormati hak kekayaan intelektual dan potensi perlunya peraturan yang lebih jelas di sektor AI.
Ketika industri AI terus mendorong batas-batas inovasi, industri ini harus bergulat dengan pertimbangan etis seputar penggunaan konten berhak cipta, menjaga keseimbangan antara kemajuan teknologi dan perlindungan hak pencipta.
Kepergian Ed Newton-Rex merupakan perkembangan penting dalam percakapan yang sedang berlangsung ini. Di mana menyoroti konflik internal dalam perusahaan AI dan perlunya kerangka etika yang lebih komprehensif dalam industri ini. (paa/ads)