Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

Menguras Kantong Pasien, Begini Dampak Ekonomi Penderita Penyakit Diabetes

Seseorang yang menjalani pemeriksaan kesehatan. (Foto: iStock/SARINYAPINNGAM)

ANDALPOST.COM – Seorang warga Singapura, Sophia Petra Lee (21) didiagnosis menderita diabetes tipe dua pada Agustus 2016 silam. Ia mengaku sebelumnya telah menaruh curiga bahwa dirinya menderita diabetes sebab muncul beberapa gejala.

“Akhirnya penyakit ini akan menjadi sesuatu yang harus saya jalani selama sisa hidup saya, dan saya banyak berjuang dengan perasaan terjebak,” imbuhnya, dikutip dari CNA.

Sementara, Sophia mengelola diabetesnya dengan olahraga teratur dan pola makan lebih sehat. Perempuan yang tiap bulannya berpenghasilan sekitar Rp33 juta hingga Rp45 juta ini mengaku keuangannya justru terganggu. 

“Saya harus mencari cara untuk menyesuaikan anggaran saya dengan peningkatan premi asuransi (karena diagnosisnya), meskipun saya sudah agak hemat sejak awal,” kata penulis berusia 27 tahun ini.

Selain membayar Rp2,7 juta setiap bulan untuk asuransi jiwanya, ia juga harus menjalani pemeriksaan rutin setiap tiga hingga enam bulan. Diketahui, dengan biaya setiap perjalanan sekitar Rp1,1 juta setelah subsidi.

Pengalaman Amanda Ong, Penderita Diabetes

Tak hanya Sophia, Amanda Ong (27) juga mengalami hal serupa. Amanda memutuskan untuk tidak membeli lebih banyak asuransi setelah dipotong premi yang lebih tinggi karena diabetesnya.

“Asuransi saya (saat ini) mencakup diabetes, dan saya mendapat pertanggungan tepat ketika saya didiagnosa. Jadi saya mengirimkan hasil medis kepada penasihat keuangan saya untuk membantu saya dalam proses penjaminan emisi, dan mereka berhasil membuatkan saya rencana tanpa tambahan apa pun (biaya),” beber Amanda, dilansir oleh CNA.

“Karena itu, saya tidak berencana untuk mendapatkan lebih banyak asuransi karena saya memang mencoba mendapatkan paket lain pada waktu yang sama dan semuanya lebih mahal setelah proses underwriting,” sambung dia.

Penyanyi serta penulis lagu tersebut menambahkan bahwa biaya makan hariannya juga meningkat sejak didiagnosis menderita diabetes tipe 2 pada September 2020 lalu.

“Jauh lebih mahal untuk menemukan pilihan sehat di Singapura, seperti nasi kembang kol daripada nasi biasa,” ujarnya.

“Hampir tidak ada pilihan makanan rendah karbohidrat di Singapura, dan misalnya untuk membuat makanan yang lebih mengenyangkan, saya harus memesan nasi sayur campur (tanpa nasi) dengan lebih banyak bahan,” jelas Amanda.

Lantaran diabetes yang dideritanya, alhasil biaya makan Amanda naik sebesar 50 hingga 80 sen.

Berapa Biaya yang Dikeluarkan Para Pengidap Diabetes?

Saat ini, biaya tes skrining dasar untuk warga Singapura disubsidi secara besar-besaran untuk mendorong deteksi dan pengobatan dini.

Di bawah program Screen for Life, pemeriksaan kesehatan untuk kondisi tertentu termasuk diabetes berkisar dari gratis hingga Rp56 ribu. Tentunya, tergantung pada usia pasien serta pendapatan bulanan rumah tangga mereka.

Bagi mereka yang tidak memenuhi syarat untuk program ini, biaya pemeriksaan kesehatan dasar biasanya dimulai dari sekitar Rp565 ribu di klinik swasta dan Rp900 ribu di rumah sakit.

Setelah seseorang dinyatakan positif mengidap diabetes, pengobatan mereka tergantung pada apakah mereka menderita diabetes tipe 1 atau tipe 2.

Untuk diabetes tipe 1, pengobatannya termasuk suntikan insulin, yang harganya bisa berkisar antara Rp191 ribu dan Rp1,3 juta per kartrid.

Hal itu berasal dari daftar obat umum untuk diabetes yang disusun oleh Pharmaceutical Society of Singapore pada tahun 2020.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.