Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

Rumah Sakit Singapura Tidak akan Menyisihkan Seluruh Bangsal untuk Pasien COVID-19

Departemen kecelakaan dan darurat (A&E) di Rumah Sakit Tan Tock Seng di Singapura, dalam foto yang diposting pada 19 Sep 2021. (Foto: Facebook/Rumah Sakit Tan Tock Seng)

ANDALPOST.COM – Menteri Kesehatan (Menkes) Singapura Ong Ye Kung mengatakan tidak akan lagi menyisakan seluruh bangsal untuk pasien COVID-19, Selasa (8/11/2022). 

Pada awal pandemi, rumah sakit menyediakan tempat tidur yang dilengkapi pagar pembatas untuk pasien COVID-19 guna mengurangi penularan terhadap pasien lainnya. 

Melihat tingkat vaksinasi cukup tinggi serta kekebalan tubuh yang baik terhadap penyakit. Rumah sakit diizinkan untuk melakukan triase atau penilaian terhadap pasien berdasarkan tingkat keparahan klinis dan prioritas pengobatan.

Dengan kata lain, rumah sakit tidak akan merawat pasien COVID-19 dengan standar yang berbeda.

“Pendekatan kita untuk hidup dengan COVID-19 perlu diperluas ke operasi rumah sakit juga dan sudah saatnya kita mengadopsi pendekatan yang lebih fleksibel dan seimbang untuk penugasan tempat tidur rumah sakit,” ungkap Ong.

Rumah Sakit di Singapura Tetap Praktik Isolasi

Ong menambahkan bahwa rumah sakit akan melanjutkan praktik mereka saat ini, menggunakan tempat tidur isolasi untuk pasien dengan penyakit menular. Hal tersebut termasuk COVID-19, jika dinilai secara klinis memiliki kecenderungan penyebaran infeksi yang lebih tinggi.

“Fleksibilitas ini penting bagi rumah sakit kami untuk membantu mereka mengoptimalkan penggunaan tempat tidur,” ucapnya.

Dia menunjukkan bagaimana gelombang XBB baru-baru ini telah memperburuk situasi krisis tempat tidur di rumah sakit. Sekiranya, dengan jumlah sekitar 800 tempat tidur disisihkan untuk pasien COVID-19.

“Sekitar 80 persen sudah terisi, yang berarti kami masih memiliki sekitar 160 tempat tidur kosong untuk keperluan darurat. Meskipun ini bukan jumlah yang besar, itu tetap menghambat operasi rumah sakit dan menghambat pembersihan pasien yang menunggu tempat tidur di UGD,” papar Ong.

“Apakah karena faktor permintaan atau pasokan, kami perlu menyadari bahwa kami menjalankan sistem rumah sakit dengan throughput yang sangat tinggi,” lanjut Ong.

“Dalam sistem seperti itu, bahkan ketidaksesuaian kecil dalam permintaan dan pasokan beberapa ratus tempat tidur akan menyebabkan waktu tunggu melonjak secara signifikan,” tutup Ong.

Sementara itu, waktu tunggu untuk masuk ke rumah sakit mengalami lonjakan hingga 50 jam di beberapa rumah sakit pada bulan lalu. Lantaran, menghasilkan tingginya jumlah pasien di departemen darurat publik (ED) di seluruh Singapura.

Data terbaru yang tersedia dari Kementerian Kesehatan (MOH) menunjukkan bahwa, waktu tunggu rata-rata untuk masuk ke bangsal dari unit gawat darurat adalah antara satu jam dan 21,7 jam untuk minggu 23 Oktober.

Di antara rumah sakit yang dilacak, angka terbaru menunjukkan tingkat hunian tempat tidur harian antara 79,7 % hingga 98,7%. Terlihat statistik tersebut di antara 23 Oktober dan 29 Oktober.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.