Amerika Serikat Mendukung Kudeta
Berikutnya, selain gantinya posisi AS dalam suatu isu. Menlu Rusia itu juga menyebutkan peran AS dalam mendukung pemberontakan jika hal itu menguntungkan.
Lalu, jika ada suatu gerakan atau protes yang menyerang pemerintahan suatu negara yang ‘berpihak’ pada AS, maka AS akan melihat protes tersebut sebagai hal yang harus ditolak.
“Di mana ketika AS senang dengan suatu pemerintahan, dalam situasi tersebut tidak ada protes yang sah,” ungkap Menlu Rusia Sergey Lavrov.
“Tapi, di mana ketika suatu pemerintahan tidak menunjukkan kepentingan untuk AS, dan berfokus pada kepentingan nasional. Maka, dalam kasus-kasus tersebut, kita melihat banyak kekuatan-kekuatan yang tidak sah, yang menyerang otoritas itu,” lanjutnya.
Salah satu contohnya, menurut Lavrov adalah ketika kudeta ‘Maidan’ yang terjadi di Kiev, Ukraina pada 2014 lalu. Kudeta tersebut dilakukan terhadap presiden yang sah.
Diketahui, Presiden Ukraina, Viktor Yanukovych pada saat 2014 itu, terpaksa meninggalkan negara atas risiko kekerasan.
Meskipun, sebenarnya terdapat persetujuan yang disponsori oleh Uni Eropa, untuk mengatasi krisis ‘kudeta’ beberapa jam sebelum Yanukovych keluar.
“Tidak ada protes dari AS dan sekutu-sekutunya di Eropa terkait pemberontak yang terjadi. Jadi, mereka hanya melihat itu sebagai zig-zag dalam proses demokrasi,” terang Lavrov.
“Semua tahun-tahun itu, semua upaya kami untuk membawa situasi Ukraina ke suatu penyelesaian politik, dihadapi dengan respons bahwa Yanukovych meninggalkan negara,” lanjut Menteri Luar Negeri Rusia tersebut.
Alhasil, Lavrov pun menyatakan bahwa AS secara antusias mendukung pergantian rezim, tentunya jika mereka mendapat keuntungan dari pergantian tersebut. (adk/lfr)