Menurutnya tanah vulkanik yang masih pekat dengan aroma belerang membuat kopi disini punya rasa berciri khas.
“Kopi Merapi yang saya tanam ini punya rasa berkarakter,” imbunya.
“Anda bisa menanyakan langsung kepada para pembeli. Kalau menurut saya yang berbeda di sini adalah aromanya, masih ada sedikit aroma-aroma belerang,” kata Slamet.
“Serta kopinya cenderung lebih asam, daripada jenis Arabica lainnya,” tambahnya lagi.
Pengelolaan Kopi dengan Metode Manual
Sementara itu, untuk pengolahannya sendiri, Kopi Merapi masih menggunakan metode yang manual.
Kendati demikian, Slamet sebagai pengolah sudah menerapkan standar tinggi di setiap pengolahannya menjadi biji kopi.
Kopi Merapi meski berada di pemukiman paling ujung di Magelang, sudah membuat banyak orang penasaran. Bahkan biji Kopi Merapi selalu antre untuk dipasarkan kepada para konsumen.
Tidak hanya para pengunjung yang menikmati kopi saja, bahkan Kopi Merapi pun sudah sering diburu oleh mereka pemilik kedai kopi. Mereka ingin membuat Kopi Merapi berada di menu kedai kopinya.
Hal ini dilakukan oleh para pemilik kedai agar para pengunjung yang ingin menikmati cita rasa Kopi Merapi tidak perlu jauh-jauh naik ke lereng Merapi. Pasalnya, akses ke Kopi Merapi ini cukup jauh, sekitar 2 jam ke utara Borobudur.
Sementara itu, Ratih selaku pengunjung mengatakan bahwa Kedai Kopi Merapi ini sangat cocok untuk liburan keluarga. Selain karena tempatnya masih asri dan sejuk, harga yang diberikan untuk menikmati kopi adalah murah, walau aksesnya lumayan jauh.
“Di sini tempatnya seru, alamnya masih sejuk cocok jadi tempat liburan tahun baru,” ungkap Ratih.
“Tempat ini juga murah lah yang pasti jadi ramah di kantong,” tambahnya.
Cukup mulai dari lima ribu rupiah saja Andalpeeps bisa menikmati secangkir kopi hangat yang menjadi menu andalan di sini.
(PAM/MIC)