“Para legislator akan berkumpul kembali Rabu dan Kamis depan jika perlu untuk mengadakan pemungutan suara baru. Semua indikasi menunjukkan nama Pita akan diajukan kembali jika ia belum didiskualifikasi saat itu. Dia menghadapi tantangan hukum yang bisa membuatnya dicopot sebagai anggota parlemen,” kata Florence Looi dari Al Jazeera.
“Para pendukungnya telah mengatakan bahwa mereka melihat kasus-kasus ini sebagai upaya untuk menghalangi upayanya untuk menjadi perdana menteri, tetapi yang kami harapkan dari sekarang hingga Rabu depan adalah koalisi delapan partai Pita kemungkinan akan melakukan negosiasi, menjangkau anggota parlemen dan senator dalam upaya membuat mereka memilih Pita,” bebernya.
Kegagalan Pita justru menimbulkan kebuntuan selama berminggu-minggu dan ketidakpastian ekonomi di Thailand.
Aliansi Pita sekarang harus memutuskan apakah akan mendukungnya lagi dalam pemungutan suara yang dijadwalkan pada 19 Juli. Atau, mengajukan kandidat lain.
Di luar parlemen, sejumlah kecil pendukung Move Forward yang mengenakan warna oranye khas partai mengungkapkan kekecewaan dan kemarahan atas hasil akhir.
Terutama kurangnya dukungan dari para senator.
“Senat tidak bersama rakyat. Pemilu tidak berarti apa-apa bagi mereka,” keluh Nattapon Jangwangkaew (42), warga Thailand. (spm/lfr)