Pindah ke Mesir?
Sejumlah keluarga Suriah di Khartoum melakukan perjalanan menuju Wadi Halfa, dekat perbatasan Sudan-Mesir.
Mereka berusaha memasuki Mesir melalui penyeberangan Argeen, mengikuti rute yang kini telah diambil oleh ribuan orang Sudan.
Tapi, Al-Badran mengatakan warga Suriah telah ditolak masuk oleh penjaga perbatasan Mesir.
“Pergi ke Mesir adalah pilihan pertama saya, tetapi saya menyerah untuk pergi setelah menghubungi teman-teman saya yang pergi ke perbatasan Mesir dan menjelaskan kepada saya betapa sulitnya situasi di sana, gurunnya, dan sulitnya mengamankan bahkan air minum di tengah penolakan pasukan Mesir untuk mengizinkan mereka masuk,” beber Al-Badran.
Sehingga, ia terpaksa bertahan di Khartoum di tengah aksi penembakan secara terus-menerus oleh pihak yang berkonflik.
Al-Badran mengatakan, ia melarikan diri setelah dipenjara selama dua tahun oleh pemerintah Suriah, serta kelompok bersenjata ISIL (ISIS).
“Tidak peduli apa yang terjadi pada saya dan keluarga saya, saya tidak akan pernah berpikir untuk kembali ke Suriah di mana ada rezim Presiden Bashar al-Assad,” kata dia.
Kesengsaraan
Banyak warga Suriah yang telah meninggalkan Khartoum dengan melakukan perjalanan ke bagian negara yang lebih aman. Seperti Port Sudan di timur laut.
Namun, mereka harus membayar sewa hotel yang melonjak naik.
Bahkan, banyak dari mereka rela tidur di jalanan sembari menunggu tempat di kapal yang membawa pengungsi ke Arab Saudi melintasi Laut Merah.
“Butuh lebih dari 12 jam untuk melakukan perjalanan dari Khartoum ke Port Sudan, dimana kami mengalami saat-saat ketakutan yang tak terlupakan, khawatir bandit akan menghalangi jalan kami,” kata Abu Muhammad, seorang pengungsi Suriah dari Ghouta Timur.
Ia mengungkapkan, mulai meninggalkan Khartoum bersama keluarganya setelah bentrokan meningkat dan listrik serta air terputus dari lingkungannya.
“Ketika saya tiba di Port Sudan, kami dikejutkan dengan banyaknya orang dari berbagai negara yang menunggu giliran untuk dievakuasi melalui bandara atau pelabuhan.”
“Tiga hari lalu, kami tidur di jalan dekat pusat evakuasi di Port Sudan karena saya tidak bisa memesan kamar hotel.”
“Saya hidup dalam keadaan bingung, tidak dapat memutuskan apakah akan tinggal di Port Sudan atau pergi ke Arab Saudi. Tapi kami dengar jika kami pergi ke Arab Saudi, kami akan dikirim kembali ke Suriah. Itu akan menjadi bunuh diri karena kembalinya saya ke Suriah berarti saya akan ditangkap oleh pasukan Assad,” bebernya. (spm/ads)