Dampak Terhadap China
Sebelumnya, China juga telah mencari pijakannya di pelabuhan tersebut selama beberapa tahun belakangan ini. Namun, mereka dikalahkan oleh AS dan Australia yang pada tahun 2018 setuju untuk membangun fasilitas tersebut bersama dengan Papua Nugini.
Akses kepada tentara AS di Lombrum dapat membantu AS memperkuat fasilitasnya di Guam. Lalu terus ke utara, yang dapat menjadi kunci dalam konflik terhadap China tentang Taiwan.
Disisi lain, secara tidak langsung Perdana Menteri yang bertugas, James Marape pun dihadapkan dengan tantangan untuk meyakinkan rakyatnya akan keputusannya menandatangani kesepakatan tersebut.
Karena hal tersebut, banyak orang yang mempertanyakan kedaulatan Papua Nugini.
“Kami telah membiarkan militer kami terkikis selama 48 tahun belakangan,” ujarnya kepada parlemen pada hari Rabu (14/6/2023) malam.
“Kedaulatan didefinisikan dari keteguhan dan kekuatan dai militer kita.”
Sementara diketahui, Papua Nugini yang kaya akan sumber daya alam terjepit di antara tarik-menarik diplomasi antara Washington dan Beijing.
Mantan Perdana Menteri Papua Nugini, Peter O’Neill berkata, bahwa kesepakatan yang ditandatangani itu telah menempatkan target di punggung Papua Nugini.
“Amerika melakukannya demi melindungi tujuan nasionalnya, kami memahami segala geopolitik yang sedang terjadi di wilayah kami,” tegas O’Neill.
Negara-negara Pasifik sekarang sedang dicoba untuk dirayu oleh AS dengan pendekatan diplomatik dan insentif finansial.
AS pun mengharapkan adanya dukungan balik secara strategis dari negara-negara Pasifik tersebut. Langkah ini persis seperti yang dilakukan oleh China lewat kebijakan Belt and Road Initiative (BRI) miliknya.
Perusahaan-perusahaan China juga telah menggarap tambang dan pelabuhan di negara-negara Pasifik. Tahun lalu, ditandai dengan pakta keamanan dengan Kepulauan Solomon yang memperbolehkan China untuk mengerahkan pasukannya ke negara tersebut. (xin/ads)