Pada tanggal 29 Mei, kelompok-kelompok Hindu dan ratusan pendukung mengorganisir unjuk rasa lain, menyerukan pengusiran umat Islam dari daerah tersebut.
Menurut warga, slogan-slogan provokatif dilontarkan terhadap komunitas minoritas dalam aksi tersebut.
Demonstran juga merusak beberapa toko dan mencopot papan nama bertuliskan nama Muslim.
Sejak itu, sebagian besar bisnis milik Muslim telah ditutup di Purola sementara pasar lainnya masih ramai dengan aktivitas.
Himbauan Buka Bisnis Kembali
Pedagang Muslim mendekati pemerintah setempat untuk meminta bantuan dan mendesak mereka mengambil tindakan tegas. Guna melawan orang-orang yang mengancam mata pencaharian mereka.
Namun, pemerintah justru mengabaikan permintaan minoritas Muslim tersebut.
“Anak laki-laki (Muslim) itu telah ditangkap. Polisi sedang menyelidiki masalah ini. Apalagi yang mereka inginkan? Apakah mereka ingin kita meninggalkan rumah dan toko kita? Kemana kita akan pergi? Kami telah tinggal di sini selama bertahun-tahun,” kata seorang pedagang Muslim.
Brij Mohan Chauhan, Presiden Serikat Pedagang di Purola menjelaskan, ia telah menghimbau para pedagang Muslim untuk membuka kembali bisnis mereka.
“Kami tidak memaksa mereka untuk menutup toko. Saya yakin jika tidak sekarang, mereka akan membuka toko dalam kurun waktu seminggu,” imbuhnya.
Sementara itu, poster muncul minggu lalu di toko-toko Purola Muslim, memperingatkan mereka untuk meninggalkan kota sebelum 15 Juni. Pada saat hari VHP dan Bajrang Dal menyerukan pertemuan besar di kota.
Lantaran itulah, muncul laporan meningkatnya ketegangan agama yang telah menyebar di kota dan desa. (spm/ads)