ANDALPOST.COM — Perdana Menteri (PM) India sekaligus pemimpin oposisi utama, Narendra Modi mengubah nama India menjadi Bharat, Senin (11/9/2023).
Mengetahui hal itu, Rahul Gandhi mengklaim bahwa sikap Modi tidak masuk akal.
“Dia (Modi) ingin mengubah nama negaranya, dan itu tidak masuk akal,” terang Gandhi yang tengah melakukan perjalanan lima hari ke Eropa.
Keputusan pemerintah Modi untuk mengganti nama tersebut dengan kata Sansekerta dalam undangan makan malam bagi peserta KTT G20 yang berlangsung dua hari di New Delhi menimbulkan keributan besar.
Modi terlihat telah menggunakan Bharat di papan nama G20 ketika KTT dimulai pada hari Sabtu (9/9/2023).
Gandhi, pemimpin partai oposisi Kongres, mengatakan keributan atas nama tersebut adalah taktik pengalihan perhatian.
“Sangat menarik bahwa setiap kali kita mengangkat masalah Tuan Gautam Adani dan kapitalisme kronis, perdana menteri mengeluarkan taktik pengalihan baru yang dramatis,” kata pemimpin berusia 53 tahun itu.
Pemimpin Partai Kongres tersebut menuduh Modi berpihak pada industrialis besar dan mengupayakan penyelidikan. Terhadap miliarder Adani yang mengendalikan Grup Adani atas dugaan pelanggaran keuangan.
Grup Adani, yang mengelola pelabuhan dan bandara di seluruh India, baru-baru ini menjadi pusat perhatian. Terutama setelah penyelidikan mengungkapkan bahwa mereka menggunakan negara bebas pajak (tax havens) di luar negeri untuk menaikkan harga sahamnya.
Gandhi pun berada di Eropa untuk bertemu dengan anggota parlemen Uni Eropa, pembela hak asasi manusia dan orang-orang dari diaspora India di Belgia, Belanda, Perancis dan Norwegia.
Kunjungan
Pemimpin Kongres pun mengatakan pemerintah panik setelah lebih dari puluhan partai pada bulan lalu bergandengan tangan untuk memperjuangkan pemilihan umum. Di mana dijadwalkan akan diadakan tahun depan pada platform bersama bernama INDIA, singkatan dari Aliansi Pembangunan Nasional, Inklusif India.
“Nama aliansi oposisi ini adalah ide yang fantastis, karena mewakili siapa kami sebenarnya. Kami menganggap diri kami sebagai suara India,” kata Gandhi.
Meskipun kunjungan Modi ke Eropa biasanya disertai dengan pertunjukan tari penyambutan dari diaspora India. Juga liputan pers yang luas, tapi kunjungan Gandhi relatif sepi.
Beberapa pihak di UE juga mempertanyakan waktu kunjungannya. Sebab sebagian besar pemimpin penting dari 27 negara anggota Uni Eropa saat ini berada di anak benua India untuk menghadiri KTT G20.
“Saya di sini untuk berbincang dengan negara-negara Eropa dan bertukar pikiran tentang apa yang terjadi di UE dan India. Sejauh ini, kami membahas hubungan India dan Eropa dengan anggota parlemen UE, perubahan peran anak benua ini dalam lingkup global dan juga memberi mereka gambaran tentang tantangan-tantangan yang dihadapi India yang merupakan serangan umum terhadap lembaga-lembaga demokrasi kita,” katanya pada konferensi pers di Brussel.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.