Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

Modi Ganti Nama India, Rahul Gandhi Sebut “Tidak Masuk Akal”

Perdana Menteri India, Narendra Modi (Foto: REUTERS/Lisi Niesner)

Meski merupakan pengkritik keras terhadap Modi, Gandhi menolak narasi bahwa dengan bertemu para pemimpin Barat memberikan jalan bagi nasionalisme Hindu.

Pasalnya, kelompok nasionalis Hindu dituduh melakukan serangan terhadap kelompok minoritas. Bahkan puluhan warga Muslim digantung sejak Modi berkuasa pada tahun 2014 silam.

Partai Bharatiya Janata (BJP) yang berkuasa pun membantah mendukung serangan tersebut.

“Saya pikir G20 adalah perbincangan penting dan merupakan hal yang baik jika India menjadi tuan rumah.”

“Tentu saja, ada permasalahan di India yang harus diangkat oleh Barat. Namun menurut saya gambaran bahwa mereka memberikan izin masuk kepada India tidaklah benar,” jelasnya.

Fokus Penting

Penganiayaan terhadap Muslim dan etnis serta agama minoritas lainnya di India telah menjadi pusat perhatian global dalam beberapa tahun terakhir.

Meskipun PBB dan kelompok kemanusiaan mengecam tindakan New Delhi, BJP berulang kali menolak kritik tersebut.

Gandhi juga mendukung tindakan penyeimbangan pemerintah India terhadap perang Rusia di Ukraina.

“India memiliki hubungan dengan Rusia, Amerika Serikat, dan negara-negara lain. Itu wajar dan posisi partai oposisi terhadap perang di Ukraina sejalan dengan pemerintah India,” ujarnya.

Seorang juru bicara UE mengonfirmasi bahwa Gandhi bertemu dengan pejabat dari badan diplomatik blok tersebut, European External Actions Service, dan membahas hubungan UE-India. 

Tetapi ia menolak membeberkan rincian lebih lanjut. Meski begitu, Gandhi menyoroti pembahasan tentang demokrasi di India ketika didesak oleh jurnalis mengenai ketegangan etnis yang sedang berlangsung di negara bagian Manipur di timur laut. 

Ia menuduh pemerintahan Modi melakukan pelanggaran hak asasi manusia dan kemunduran demokrasi.

Pemimpin Kongres tersebut mengkritik Modi karena memecah belah negara yang secara resmi sekuler berpenduduk 1,5 miliar jiwa itu berdasarkan garis agama.

Tahun lalu, ia meluncurkan Bharat Jodo Yatra, atau pawai persatuan India, untuk mencoba menyatukan masyarakat.

“Saya pikir salah satu pelajaran yang saya pelajari dalam perjalanan saya baru-baru ini adalah bahwa ada kearifan yang melekat dan mendalam pada masyarakat di negara saya. Terlepas dari bagian masyarakat mana mereka berada,” pungkasnya. (spm/ads)