Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

Nilai Ekspor China Anjlok hingga Dibawah 10%, Tantangan Pasca Pandemi

Kegiatan distribusi dari salah satu pelabuhan petikemas di China (The Andal Post/Nabila Safwa Ashari)

ANDALPOST.COM — Pernyataan bahwa perekonomian China sedang tidak baik-baik saja sungguh kian nyata. Salah satu indikator melemahnya perekonomian China ialah nilai ekspor China yang anjlok dari waktu ke waktu. 

Pada Kamis (8/9/2023), China mengumumkan bahwa nilai ekspor negaranya telah turun selama empat bulan berturut-turut karena pabrik yang berada di wilayah-wilayah China tersebut berjuang menghadapi lemahnya permintaan di dalam dan luar negeri. 

Nilai ekspor China telah turun 8,8% pada bulan Agustus dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sementara impor turun 7,3% menurut rilis yang dikeluarkan oleh pemerintah negeri tirai baru. Namun penurunan tersebut tidak seburuk perkiraan dan merupakan perbaikan dibandingkan bulan sebelumnya. 

Tantangan yang Dihadapi China

Nilai ekspor China dari waktu ke waktu Sumber: trading economics

Tiongkok menghadapi beberapa tantangan pasca pandemi, termasuk krisis properti dan lemahnya belanja konsumen. Terjadi penurunan permintaan global terhadap barang-barang buatan Tiongkok akibat virus corona dan perselisihan perdagangan yang sedang berlangsung dengan Amerika Serikat. 

Hal ini berdampak besar pada sumber utama pertumbuhan perekonomian negara. 

Pada hari Rabu (6/9/2023), pangsa barang impor yang berasal dari Tiongkok adalah 14,6% selama periode tersebut. Angka tersebut turun dari puncaknya sebesar 21,8% pada tahun ini hingga akhir Maret 2018, sebelum Presiden Donald Trump meningkatkan perang dagang AS-Tiongkok. 

Pihak berwenang Tiongkok juga dihadapkan pada kemerosotan yang semakin mendalam di pasar real estate di negara tersebut. Sebab beberapa pengembang terbesarnya mengalami kesulitan finansial. 

Beijing sejauh ini pun menghindari peluncuran program stimulus besar-besaran untuk meningkatkan perekonomian setempat. Sebaliknya, mereka memilih untuk memperkenalkan serangkaian tindakan dalam beberapa bulan terakhir untuk membantu mendukung masyarakat dan dunia usaha.

Bank sentral negara tersebut telah memangkas suku bunga, sementara ibukota China telah mengumumkan rencana untuk mengizinkan beberapa kota besar di negara tersebut untuk memotong simpanan minimum bagi pembeli rumah. Pemberi pinjaman juga didorong untuk menurunkan suku bunga hipotek yang ada untuk meningkatkan pembelian properti.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.