Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

Pekerja Gaza Hilang Misterius di Israel Ditengah Penangkapan Massal

Kelompok hak asasi manusia khawatir mengenai penangkapan lebih lanjut di tengah berlanjutnya penggerebekan di Tepi Barat yang diduduki (Foto: Jaafar Ashtiyeh/AFP)

ANDALPOST.COM — Ribuan pekerja dari Gaza yang bekerja di Israel dinyatakan hilang sejak perang antara negara tersebut dan Hamas dimulai, Sabtu (28/10/2023).

Kelompok Hak Asasi Manusia (HAM) serta serikat pekerja meyakini beberapa pekerja telah ditahan secara ilegal di fasilitas militer di Tepi Barat yang diduduki. Menyusul pencabutan izin mereka untuk bekerja di Israel.

Pihak berwenang Israel sejauh ini menolak untuk merilis nama-nama orang yang mereka tahan.

Ketika kelompok bersenjata Palestina, Hamas, melancarkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya di wilayah selatan Israel pada tanggal 7 Oktober, sekitar 18.500 penduduk Gaza memiliki izin untuk bekerja di luar jalur yang terkepung. 

Jumlah pasti pekerja yang hadir di Israel ketika permusuhan dimulai masih belum diketahui. Namun, ribuan diperkirakan telah ditangkap oleh tentara Israel dan dipindahkan ke lokasi yang dirahasiakan.

Penangkapan

Seorang warga Palestina yang lahir di Gaza bernama Walid telah tinggal di tepi Barat yang diduduki selama lebih dari 25 tahun. 

Bersamaan saat tentara Israel melancarkan pemboman tanpa henti terhadap Gaza yang sejauh ini telah menewaskan lebih dari 7.000 orang dan telah berlangsung selama tiga minggu. 

Pada tanggal 8 Oktober, ia ditangkap saat hendak berangkat kerja dan ditahan di sebuah fasilitas di daerah Almon atau juga dikenal sebagai Anatot yang dibangun di atas reruntuhan kota Anata di Palestina.

Fasilitas tersebut, kata organisasi HAM merupakan fasilitas yang digunakan oleh pemerintah Israel untuk menahan ratusan pekerja dalam penahanan sewenang-wenang, yang melanggar hukum internasional.

Asap mengepul di Gaza saat tentara Israel melakukan serangan udara paling intens (Foto: Ali Jadallah/Anadolu Agency)

Walid, yang nama asli dan data pribadinya dirahasiakan untuk menghindari pembalasan, menggambarkan dirinya dikurung di kandang tanpa atap. Di bawah sinar matahari dan tanpa makanan, air atau akses ke toilet selama tiga hari, menurut kesaksian tertulis yang diberikan kepada organisasi HAM.

Ia kemudian dipindahkan ke area seluas sekitar 300 meter persegi di mana ratusan buruh berbagi bilik toilet kimia. 

Ketika ia meminta untuk menghubungi Palang Merah, Walid justru dipukuli oleh tentara.

Walid dibebaskan setelah petugas Israel memastikan bahwa meskipun lahir di Gaza, ia adalah penduduk Tepi Barat. 

Kesaksiannya adalah salah satu dari sedikit laporan yang sejauh ini muncul dari pusat-pusat penahanan. Di mana para pekerja Gaza ditahan tanpa komunikasi dan tanpa pendampingan hukum sejak 7 Oktober.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.