Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

Pemerintah Swedia Bakal Tingkatkan Keamanan di Tengah Protes Pembakaran Al-Quran

Pemerintah Swedia Akan Meningkatkan Keamanan Di Tengah Protes Pembakaran Al-Quran
Ilustrasi Protes dari Negara Muslim Terhadap Pembakaran Al-Quran. (The Andal Post/Clarencia Mayvianti)

ANDALPOST.COM – Kebencian terhadap kelompok agama di Swedia semakin berkembang yang dimana, pada beberapa waktu terakhir, kelompok masyarakat melakukan berbagai tindakan yang menunjukan kebencian terhadap agama muslim. 

Hal tersebut dapat dilihat dalam berbagai aksi pembakaran kitab suci umat muslim, Al-Quran yang terjadi di Swedia mengundang berbagai kecaman dari negara-negara muslim. 

Meningkatnya protes atas perilaku masyarakat Swedia yang membakar Al-Quran tentunya beberapa negara yang bermayoritas agama muslim tidak dapat menerimanya begiru saja. 

Situasi tersebut kian meningkat dengan banyaknya protes terhadap penghinaan tersebut membuat adanya perkiraan bahwa Swedia akan mendapatkan sebuah serangan. 

Menanggapi hal tersebut pemerintah Swedia pada hari Selasa (01/08/2023) mengungkapkan kekhawatiran mereka atas situasi yang semakin tidak kondusif.

Pemerintah Swedia Akan Meningkatkan Keamanan Di Tengah Protes Pembakaran Al-Quran
Protes Terhadap Swedia yang Semakin Meningkat. (Sumber: AP)

Oleh karena itu akan diadakannya sebuah konferensi, yang dimana hal tersebut disampaikan oleh Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson dan Menteri Kehakiman Gunnar Stromer. 

Yang menjelaskan bahwa konferensi tersebut bertujuan untuk membahas isu keamanan yang terjadi dan mempersiapkan “langkah-langkah untuk melindungi warga Swedia,” jelas pihak pemerintah.

Pembakaran Al-Quran

Para pelaku pembakaran Al-Quran yang terjadi mengatakan bahwa hal tersebut mereka lakukan sebagai sebuah bentuk kebebasan berpendapat.

Untuk mengkaji lebih lanjut terkait penanganan yang dapat membatasi perilaku dari masyarakat, Swedia akan bekerjasama dengan Denmark untuk membentuk hukum sebagai jalan keluar permasalahan. 

Hal tersebut dikarenakan pemerintahan Swedia sendiri masih mengalami kesulitan untuk mencapai konsensus karena beberapa pihak masih berada di situasi por kontra terhadap penyelesaian masalah. 

Seperti yang dilakukan partai sayap kanan di kedua negara telah mengecam inisiatif pencarian solusi tersebut dengan alasan kebebasan berbicara tidak dapat dikompromikan.

Sehingga melalui hukum yang dapat memitigasi situasi saat ini dapat membuat ketegangan antara Swedia maupun Denmark yang merupakan dua negara yang paling banyak kasus pembakaran Al-Quran dapat menghindari konflik dengan negara berumat muslim.

“Fakta bahwa kami memberi isyarat baik di Denmark maupun di luar negeri bahwa kami sedang mengerjakannya mudah-mudahan akan membantu mengurangi masalah yang kami hadapi,” kata Menteri Luar Negeri Denmark, Lars Lokke Rasmussen

Kerjasama yang dilakukan antara Swedia dan Denmark akan memperdalam kajian hukum yang akan dibentuk. 

Hal tersebut dikarenakan Denmark yang juga mengalami permasalahan yang sama seperti Swedia juga memperkirakan adanya ketegangan yang tercipta dengan negara-negara muslim. 

Ini juga dikonfirmasi oleh Badan Keamanan dan Intelijen Polisi (PET) percaya bahwa pembakaran Alquran telah menyebabkan peningkatan risiko serangan negara muslim, terang  PET.

Ancaman Negara-negara Muslim

Peningkatan keamanan dan kekhawatiran yang meningkat baik dari Swedia maupun Denmark, pada dasarnya bukan tanpa alasan. 

Yang dimana sudah mulai terlihat beberapa gerakan yang dimungkinkan bahaya serangan akibat pembakaran Al-Quran di kedua negara tersebut. 

Pada Senin, (31/07/2023) Organisasi Kerjasama Islam (OKI) dengan beranggotakan 57 negara mengadakan sebuah sesi pembahasan khusus yang akan membahas perkembangan pembakaran Al-Quran di beberapa negara. 

Dikatakan juga dalam sebuah pernyataan setelah pertemuan berakhir bahwa mereka meminta negara-negara anggota untuk mengambil tindakan yang tepat, baik politik maupun ekonomi, di negara-negara di mana Al-Qur’an dirusak. (ben/fau)