Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

Pemimpin Afrika Mulai Misi Perdamaian Dibarengi Serangan Brutal dari Rusia

Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa, Naledi Pandor, Menteri Hubungan Internasional dan Kerjasama Afrika Selatan, Jaksa Agung Ukraina Andriy Kostin dan Presiden Persatuan Komoro Azali Assoumani mengunjungi sebuah gereja di lokasi kuburan massal, di kota Bucha. (Foto: Valentyn Ogirenko/Reuters)

ANDALPOST.COM — Sejumlah ledakan terus mengguncang Kyiv ditengah pemimpin Afrika. Termasuk Presiden Afrika Selatan, Cyril Ramaphosa dan Azali Assoumani, ketua Uni Afrika dan Presiden Uni Komoro, tiba di Ukraina sebagai bagian dari misi perdamaian Afrika, Jumat (16/6/2023).

Sirine serangan udara juga meraung di Ibu Kota Ukraina saat kunjungan dimulai. Bahkan, serangkaian serangan juga terjadi saat misi perdamaian tengah berlangsung.

Para pemimpin yang diperkirakan akan bertemu Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky pada Jumat, juga akan melakukan perjalanan ke Rusia untuk melakukan pembicaraan dengan Vladimir Putin di St Petersburg, pada Sabtu (17/6/2023).

“Putin ‘membangun kepercayaan’ dengan meluncurkan serangan rudal terbesar ke Kyiv dalam beberapa minggu, tepatnya di tengah kunjungan para pemimpin Afrika ke ibu kota kami,” tulis Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba.

“Rudal Rusia adalah pesan ke Afrika: Rusia menginginkan lebih banyak perang, bukan perdamaian,” imbuhnya.

Sebelumnya, kepresidenan Afrika Selatan memposting rekaman Ramaphosa tiba dengan kereta api di daerah Bucha. Dekat Kyiv setelah melakukan perjalanan dari Polandia.

Ramaphosa merupakan pemimpin delegasi yang juga termasuk Assoumani dan para pemimpin dari Zambia, Senegal, dan Perdana Menteri (PM) Mesir.

Presiden Yoweri Museveni dari Uganda, Denis Nguesso dari Republik Kongo dan Abdel Fattah el-Sisi dari Mesir juga dimaksudkan untuk ikut serta. Tetapi mereka menarik diri dari perjalanan tersebut dan mengirim perwakilan.

Misi perdamaian dapat mengusulkan serangkaian langkah-langkah membangun kepercayaan selama upaya awal mediasi berdasarkan dokumen kerangka kerja.

Langkah-langkahnya mencakup penarikan Rusia, penghapusan senjata nuklir taktis dari Belarusia. Juga penangguhan penerapan surat perintah penangkapan Pengadilan Kriminal Internasional yang menargetkan Putin.

Dokumen tersebut menyatakan tujuan dari misi itu ialah untuk mempromosikan pentingnya perdamaian dan mendorong para pihak untuk menyetujui proses negosiasi yang dipimpin diplomasi.

Menurut dokumen tersebut gencatan senjata dapat menyusul dan perlu disertai dengan negosiasi antara Rusia dan Barat.

Namun, Kyiv menegaskan penarikan pasukan Rusia dari tanah Ukraina harus menjadi dasar penyelesaian perang.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.