Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

Perang Antar Rival Militer di Sudan: Puluhan Meninggal, Logistik Minim

Asap tebal mengepul di atas gedung-gedung di sekitar bandara Khartoum pada Sabtu (15/4). Sumber: BBC

ANDALPOST.COM – Perang antara tentara dan kelompok paramiliter yang disebut Rapid Support Forces (RSF) di Sudan terus berlanjut hingga hari ketiga pada Senin (17/4/2023).

Hampir 100 orang telah tewas, menurut serikat dokter. Selain itu, jumlah korban luka-luka mencapai sebanyak 1.100 orang.

Kedua belah pihak mengklaim menguasai situs-situs penting di ibu kota Khartoum, tempat warga berlindung dari ledakan.

Sebelumnya pada hari Minggu (16/4/2023), mereka mengadakan gencatan senjata sementara untuk memungkinkan yang terluka untuk dievakuasi. Meskipun demikian, tidak jelas seberapa ketat mereka mematuhi gencatan senjata tersebut.

Para dokter memperingatkan bahwa situasi di rumah sakit di Khartoum sangat sulit. Pertempuran itu menghentikan staf dan pasokan medis untuk menjangkau orang-orang yang terluka.

Latar Belakang Pertempuran

Pertempuran itu adalah bagian dari perebutan kekuasaan yang ganas di dalam kepemimpinan militer. Hal tersebut telah meningkat menjadi kekerasan antara faksi-faksi yang bersaing.

Kedua faksi tidak setuju tentang bagaimana negara harus beralih ke pemerintahan sipil. Sudan telah dijalankan oleh para jenderal sejak kudeta menggulingkan presiden otoriter lama, Omar al-Bashir, pada 2019.

Pertempuran ini melanjutkan ketegangan setelah penggulingan Presiden Omar al-Bashir yang telah lama menjabat pada tahun 2019.

Operasi WFP di Sudan diberhentikan karena meninggalnya 3 orang petugas WFP. Sumber: Atalayar

Ada protes jalanan besar-besaran yang menyerukan diakhirinya pemerintahannya selama hampir tiga dekade dan tentara melakukan kudeta untuk menyingkirkannya.

Namun warga sipil terus menuntut peran dalam rencana menuju pemerintahan demokratis.

Pemerintah gabungan militer-sipil kemudian dibentuk tetapi digulingkan dalam kudeta lain pada Oktober 2021.

Semenjak saat itu, persaingan antara kedua kubu semakin memanas.

Kesepakatan kerangka kerja untuk mengembalikan kekuasaan ke tangan warga sipil telah disepakati Desember lalu. Tetapi pembicaraan untuk menyelesaikan perinciannya telah gagal untuk dilakukan.

Dibunuhnya Tiga Orang Pegawai WFP

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada hari Minggu mengutuk keras pembunuhan tiga karyawan Program Pangan Dunia (WFP). Pembunuhan tersebut terjadi di tengah bentrokan antara tentara Sudan dan Rapid Support Forces (RSF). Ia menyerukan keadilan cepat bagi mereka yang terlibat.

“Bentrokan yang sedang berlangsung di Sudan telah mengakibatkan kematian & cedera warga sipil. Termasuk 3 rekan @WFP kami yang tewas saat melakukan pekerjaan mereka,” tulis Guterres di Twitter.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.