ANDALPOST.COM – Perdebatan online mengenai pelecehan seksual di China kian memuncak, terlebih muncul serangkaian tuduhan yang dibuat terhadap penulis skenario berpengaruh di negara tersebut.
Alhasil menghidupkan kembali minat pada gerakan #MeToo yang sempat lenyap di China, Senin (15/5/2023).
Shi Hang (52), seorang tokoh terkenal di kalangan media dan sastra China kehilangan pekerjaan di beberapa bisnis. Hal tersebut terjadi setelah lebih dari puluhan wanita muda mengajukan tuduhan pelecehan seksual terhadapnya.
Kontroversi tersebut menggaris bawahi ketahanan gerakan #MeToo China, yang sering mengalami kemunduran karena penyensoran dan tindakan keras berkelanjutan terhadap aktivisme feminis.
Dalam serangkaian posting media sosial dan wawancara dengan media pemerintah China, para penuduh Shi – yang tidak mengungkapkan nama asli mereka menjelaskan pola dugaan pelanggaran.
Mereka mengungkapkan mulai dari komentar sugestif hingga meraba-raba dan berciuman, dalam insiden yang dilaporkan berlangsung lebih dari satu dekade.
Namun, Shi dengan tegas membantah tuduhan pelecehan tersebut.
Dia justru menyebut aksi itu dilakukan atas dasar suka sama suka.
“Saya tidak pernah memaksakan kehendak wanita. Saya juga tidak pernah menggunakan apa yang disebut posisi kuat saya untuk melanggar siapa pun,” tulisnya minggu lalu di Weibo, platform mirip Twitter yang sangat dibatasi di China, di mana dia memiliki tiga juta pengikut.
Dalam pembelaannya, Shi juga memposting tangkapan layar percakapan yang dipilih dengan para penuduhnya.
Tangkapan layar percakapan itu memperlihatkan mereka tidak keberatan dengan aksi genit Shi.
Para penuduh kemudian menyangkal pembelaan dar Shi tersebut.
Mereka mengatakan adanya ketidakseimbangan kekuatan yang mencolok di antara para penuduh dan Shi.
Terlebih, nama Shi dikenal luas serta dihormati.
“Sebagai partai dengan kekuatan lebih, Shi Hang sampai hari ini masih percaya. Dia bisa menjadi orang yang menentukan apa yang pantas dan apa yang termasuk pelecehan seksual,” kata lima penuduhnya dalam pernyataan online.
“Ini justru pemikiran konvensional dari mereka yang berkuasa,” terang mereka.
Kejatuhan
Tuduhan tersebut telah memicu perdebatan sengit di media sosial China, dengan tagar terkait menjadi tren selama berhari-hari dan menarik ratusan juta tampilan di Weibo.
Sejumlah pengguna membela Shi dan menyebut pertemuan itu hanya menggoda.
Sedangkan, lainnya berunjuk rasa untuk mendukung penuduh Shi. Hal itu dengan alasan ketidak setaraan gender yang mengakar telah menciptakan budaya menormalkan pelecehan seksual terhadap perempuan.
Dai An, seorang feminis di kota barat daya Chengdu, mengatakan wanita China menjadi lebih vokal berbicara mengenai kasus pelecehan.
“Ini era yang berbeda sekarang, dan lingkungan yang dulunya disetujui telah berubah,” tutur An.
“Wanita tidak mau diam lagi, dan mereka tidak mau mentolerir pria menggunakan seks sebagai pelampiasan untuk menunjukkan kekuatan mereka,” jelasnya.
Dampak
Beberapa bisnis sejak itu memutuskan hubungan dengan Shi, yang juga mengulas buku serta film, dan tampil sebagai bintang tamu di acara budaya dan di variety show.
Xiron, sebuah penerbit di Beijing mengumumkan akan menghapus dukungan buku oleh Shi dari “Surga Cinta Pertama Fang Si-Chi,”. Menceritakan kisah seorang gadis berusia 13 tahun dipaksa berhubungan seks oleh gurunya.
Buku tersebut menjadi bagian berpengaruh dari gerakan #MeToo Taiwan karena tema kekuatan dan kerentanannya.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.