Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

Perempuan Gaza Gunakan Pil Penunda Menstruasi Ditengah Konflik dengan Israel

Wanita Palestina berjalan dengan anak-anak dan harta benda mereka saat mereka melarikan diri dari suatu daerah setelah serangan udara Israel di Rafah di Jalur Gaza selatan pada 13 Oktober 2023 (Foto: Said Khatib/AFP)

ANDALPOST.COM — Banyak perempuan Palestina terpaksa meminum pil penunda menstruasi lantaran kondisi mengenaskan serta tidak sehat yang mereka alami akibat serangan gencarnya serangan Israel, Selasa (31/10/2023).

Menghadapi pengungsian, kondisi tempat tinggal yang terlalu padat, dan kurangnya akses terhadap air serta produk kebersihan menstruasi. Seperti pembalut wanita dan tampon membuat para perempuan di sana mengkonsumsi tablet norethisterone.

Obat tersebut biasanya diresepkan untuk kondisi seperti perdarahan menstruasi yang parah, endometriosis, dan nyeri haid.

Menurut Dr Walid Abu Hatab, seorang konsultan medis kebidanan dan ginekologi di Nasser Medical Complex di selatan kota Khan Younis, tablet tersebut menjaga kadar hormon progesteron tetap tinggi untuk menghentikan rahim melepaskan lapisannya, sehingga menunda menstruasi.

Pil tersebut mungkin memiliki efek samping seperti pendarahan vagina yang tidak teratur, mual. Lalu perubahan siklus menstruasi, pusing dan perubahan suasana hati, menurut para profesional medis.

Tetapi beberapa wanita seperti Salma Khaled mengatakan mereka tidak punya pilihan selain mengambil risiko di tengah gencarnya pemboman Israel serta blokade Gaza.

Hari-hari Tersulit 

Salma meninggalkan rumahnya di lingkungan Tel al-Hawa di Kota Gaza dua minggu lalu dan tinggal di rumah kerabatnya di kamp pengungsi Deir el-Balah di Gaza tengah.

Warga Palestina yang meninggalkan rumah mereka akibat serangan Israel berlindung di sekolah yang dikelola PBB di Khan Younis di Jalur Gaza selatan (Foto: Mohammed Salem/Reuters)

Wanita berusia 41 tahun ini mengatakan bahwa ia terus-menerus berada dalam ketakutan. Juga ketidaknyamanan dan depresi, yang berdampak buruk pada siklus menstruasinya.

“Saya mengalami hari-hari tersulit dalam hidup saya selama perang ini,” kata Salma.

“Saya mendapat menstruasi dua kali dalam bulan ini, yang sangat tidak teratur serta mengalami pendarahan hebat,” imbuhnya.

Salma mengatakan tidak tersedia cukup pembalut di beberapa toko dan apotek yang masih buka. 

Sementara itu, berbagi rumah dengan puluhan kerabat di tengah kekurangan air telah membuat kebersihan rutin menjadi sebuah kemewahan.

Penggunaan kamar mandi harus dijatah, dan mandi dibatasi beberapa hari sekali.

Apotek dan toko sama-sama menghadapi berkurangnya persediaan karena pengepungan total yang diberlakukan oleh Israel menyusul serangan oleh sayap bersenjata kelompok Palestina Hamas pada tanggal 7 Oktober. 

Selain itu, pemboman Israel terhadap jalan-jalan utama di Jalur Gaza telah membuat pengangkutan produk-produk medis menjadi terhambat. 

Tanpa sarana untuk mengatur menstruasi seperti biasanya, Salma memutuskan untuk mencoba mencari pil agar tidak menstruasi.

Meskipun pembalut wanita banyak diminati dan sulit ditemukan, tablet penunda menstruasi umumnya lebih banyak tersedia di beberapa apotek karena jarang digunakan.

“Saya meminta putri saya pergi ke apotek dan membeli pil penunda menstruasi,” kata Salma.

Mungkin perang ini akan segera berakhir dan saya tidak perlu menggunakannya lebih dari sekali,” tambahnya.

Padahal ia mengaku khawatir akan dampak yang disebabkan dari penggunaan pil tersebut.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.