Stres Berkepanjangan
Lebih dari 1,4 juta orang menjadi pengungsi internal di Jalur Gaza sejak 7 Oktober.
Mereka hidup dalam kondisi yang sempit dan tidak higienis.
Banyak dari mereka mengungsi di sekolah-sekolah yang dikelola PBB, sehingga tidak ada privasi.
Dampak serangan Israel yang kini memasuki hari ke-26 sangat menghancurkan.
Lebih dari 8.500 warga Palestina telah terbunuh, sebagian besar dari mereka adalah perempuan dan anak-anak.
Peringatan berulang-ulang yang diberikan oleh militer Israel kepada penduduk untuk meninggalkan Gaza utara dan Kota Gaza telah menyebabkan kota-kota di tengah dan selatan wilayah tersebut membengkak jumlahnya. Namun serangan udara terus menghantam Jalur Gaza selatan.
Menurut Nevin Adnan, seorang psikolog dan pekerja sosial yang berbasis di Kota Gaza, perempuan biasanya mengalami gejala psikologis dan fisik pada hari-hari sebelum dan selama menstruasi. Seperti perubahan suasana hati dan nyeri perut bagian bawah dan punggung.
Gejala-gejala ini dapat memburuk pada saat stres seperti perang yang sedang berlangsung, menurut Adnan.
“Perpindahan menyebabkan stres yang ekstrim dan itu mempengaruhi tubuh wanita serta hormonnya.”
“Bisa juga terjadi peningkatan gejala fisik yang berhubungan dengan menstruasi, seperti sakit perut dan punggung, sembelit dan kembung,” ujarnya.
“Wanita mungkin mengalami insomnia, rasa gugup terus-menerus, dan ketegangan ekstrem,” tambah Adnan.
Saat ini, ia mengatakan lebih banyak perempuan yang bersedia meminum pil penunda menstruasi untuk menghindari rasa malu. Sebab kurangnya kebersihan, privasi, dan produk kesehatan yang tersedia. (spm/ads)