Tidak hanya itu, raksasa kendaraan listrik China, yaitu BYD juga lebih dulu menginvestasikan dananya sebanyak 17,9 miliar baht (7 triliun Rupiah). BYD bahkan mendirikan fasilitas baru di Thailand.
Target produksi perusahaan tersebut pun tidak main-main, yaitu 150 ribu mobil penumpang per tahun mulai 2024 mendatang. Untuk pasarannya pun sudah ditargetkan yaitu akan diekspor ke Asia Tenggara dan juga Eropa.
Target Lain Pemerintah Thailand
Beberapa kesepakatan juga sedang dalam proses, menurut Dewan Investasi Thailand (BOI), dilansir dari Reuters (10/7/2023) yang telah mengejar produsen mobil China.
Perusahaan milik pemerintah Thailand, Chongqing Changan Automobile sudah teken kontrak dengan Ford serta Mazda. Ketiga itu berencana untuk mendirikan pabrik mobil listrik dengan sistem kemudi sebelah kanan. Nilai investasinya pun sebesar 9,8 miliar baht (4,2 triliun rupiah).
Selain itu, GAC Aion, anak perusahaan dari produsen mobil milik negara Guangzhou Automobile Group (GAC) berencana menginvestasikan lebih dari 6,4 miliar baht untuk memproduksi EV di Thailand.
Masuknya perusahaan China ini membuat meningkatnya popularitas kendaraan listrik di Thailand. Serta menjadikan Thailand sebagai pasar mobil terbesar kedua di Asia Tenggara.
Pada paruh pertama tahun 2023, lebih dari 31.000 EV telah didaftarkan di Thailand, lebih dari tiga kali lipat jumlah sepanjang tahun 2022. Kesenjangan harga antara EV dan mobil bermesin bakar juga menyempit, sebagian karena subsidi pemerintah. (paa/ads)