Kecemasan Ahli Digital akan AI (Kecerdasan Buatan)
Di sisi lain, sebelumnya sebuah perusahaan teknologi asal AS, juga sempat mengumumkan akan suatu alat AI terkhusus, untuk menciptakan artikel berita. Yakni, Google.
Melalui The New York Times, sekitar pertengahan bulan Juli 2023 lalu, Google sempat menyatakan bahwa mereka akan ciptakan AI, khusus untuk membantu jurnalis.
Alhasil, teknologi AI yang sedang dikerjakan oleh Google itu, dinamakan ‘Genesis’ oleh pihak internal mereka.
Dilaporkan, produk alat AI ‘Genesis’ ini, telah ‘diberikan’ atau dilakukan uji coba oleh beberapa media, termasuk Times, The Washington Post, dan News Corp.
Peluncuran chatbot generatif AI milik ChatGPT saja, sudah menimbulkan berbagai ‘kontroversi’ dan debat terkait penggunaan AI itu. Khususnya, mengenai bagaimana AI dapat digunakan secara ‘benar’ dalam industri.
Di AS sendiri, media-media outlet di sana, dilaporkan sedang berjuang untuk ‘kredibilitas’ berita mereka.
Diketahui, setidaknya setengah dari populasi AS percaya bahwa informasi yang disampaikan oleh media outlet mereka berupa disinformasi.
Di sisi lain, Paul M. Barrett, yang merupakan wakil direktur di New York University Stern Center for Business and Human Rights. Nyatakan bahwa, AI dapat mendorong ‘penyebaran’ disinformasi.
“Semua pengguna sistem bertenaga AI harus lebih sadar terkait informasi apa yang mereka sediakan kepada sistem,” ungkap Barrett.
Dia nyatakan, para jurnalis harus hati-hati terkait informasi apa yang akan diberikan kepada sistem AI, misalnya jika sumber informasi tersebut berupa identitas yang rahasia.
Alhasil, AI atau kecerdasan buatan pun masih tetap akan ada penggunaannya dalam industri di masa yang akan datang.
Akan tetapi, penting untuk bersikap hati-hati dan tidak sewenang-wenang dalam penggunaan berbagai alat AI yang ada. (adk/lfr)