ANDALPOST.COM – Presiden Indonesia Joko Widodo pada hari Rabu (13/9/2023) melakukan uji coba kereta api berkecepatan tinggi pertama di Asia Tenggara. Sebuah proyek utama di bawah inisiatif infrastruktur Belt and Road Tiongkok.
Proyek kereta api senilai $7,3 miliar itu sebagian besar didanai oleh Tiongkok. Kereta ini menghubungkan ibu kota Jakarta dan Bandung, ibu kota provinsi Jawa Bara, yang berpenduduk padat. Jalur ini akan mulai beroperasi secara komersial pada 1 Oktober mendatang dan akan memangkas waktu perjalanan antara kedua kota dari tiga jam saat ini menjadi sekitar 40 menit.
Kereta api sepanjang 142,3 kilometer (88,4 mil) ini dibangun oleh PT Kereta Cepat Indonesia-China, yang dikenal sebagai PT KCIC, sebuah perusahaan patungan antara konsorsium empat perusahaan milik negara Indonesia dan China Railway International Co. Ltd. Kereta ini akan menjadi yang tercepat di Asia Tenggara dengan kecepatan hingga 350 kpj (217 mph).
Uji coba kereta cepat
Presiden Jokowi mengunjungi stasiun pertama kereta api, Halim KCBJ di Jakarta Timur, dan kemudian menaiki kereta cepat buatan Tiongkok ke stasiun Padalarang di Bandung, salah satu dari empat stasiun kereta api, dalam waktu sekitar 25 menit, sebelum naik kereta lanjutan ke pusat kota Bandung.
Dia mengatakan kepada wartawan setelah turun dari kereta, ia merasa nyaman saat duduk atau berjalan di dalam kereta meski kereta melaju dengan kecepatan tertinggi.
“Ini adalah kecepatan peradaban. Tetapi yang paling penting, kami ingin mendorong masyarakat untuk beralih dari mobil ke transportasi massal untuk mengurangi kemacetan dan polusi,” katanya dalam acara uji coba kereta cepat tersebut.
Presiden Jokowi dalam acara tersebut juga mengatakan bahwa kemacetan diperkirakan merugikan perekonomian sebesar $6,5 miliar per tahun. Ia mendesak masyarakat untuk menggunakan kereta api dan bus daripada menggunakan mobil pribadi.
Sementara itu, Perdana Menteri Tiongkok Li Qiang melakukan uji coba kereta berkecepatan tinggi minggu lalu saat mengunjungi Jakarta untuk melakukan pembicaraan selama tiga hari dengan para pemimpin Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara dan negara-negara lain.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.