Pro Kontra
Serikat pekerja dengan tegas menentang kebijakan tersebut dan masih berharap Macron akan segera mundur sebagai presiden Prancis.
Sehingga, mereka turun ke jalan untuk menentang kebijakan itu.
Menurut angka dari kementerian dalam negeri, 368.000 demonstran berbaris melalui berbagai kota pada hari Sabtu (11/3).
Pihak berwenang memperkirakan hingga satu juta orang akan ambil bagian setelah rekor 1,28 juta orang berunjuk rasa di jalan-jalan pada awal pekan ini.
Ketegangan pun kian meningkat pada Sabtu malam yang mengakibatkan polisi menangkap sejumlah demonstran.
Aksi tersebut kian parah lantaran pengunjuk rasa melempar benda ke pasukan keamanan, membakar tempat sampah, dan memecahkan jendela bangunan.
Dalam pernyataan bersama, serikat pekerja Prancis meminta pemerintah untuk mengadakan pembicaraan dengan warga sesegara mungkin.
Serikat pekerja mengatakan, mereka berencana untuk melanjutkan tekanan dengan satu hari tambahan pemogokan dan protes nasional.
“Ini adalah langkah terakhir.”
“Banyak hal masih bisa terjadi minggu depan. Apakah kebijakan itu akan dipilih di majelis nasional? Kita jarus bersatu, sekarang atau tidak selamanya,” tegas Marylise Leon, wakil ketua serikat CFDT.
Jajak pendapat menunjukkan mayoritas pemilih menentang rencana Macron, sementara mayoritas tipis mendukung aksi unjuk rasa.
Namun, kebanyakan orang mengatakan mereka percaya presiden pada akhirnya akan mengadopsi reformasi tersebut.
Pemerintah menegaskan rencana reformasi itu penting untuk memastikan sistem pensiun Prancis tidak kehabisan uang, tetapi banyak yang melihat perubahan itu. Seperti menaikkan usia pensiun, tidak adil bagi orang yang mulai bekerja di usia muda.
“Saya di sini untuk berjuang untuk rekan-rekan saya dan untuk generasi muda kita,” kata Claude Jeanvoine (63), seorang pensiunan masinis yang berdemonstrasi di Strasbourg, Perancis timur.
“Masyarakat tidak boleh membiarkan pemerintah lolos begitu saja, ini menyangkut masa depan anak cucu mereka,” tegasnya. (spm/ads)