ANDALPOST.COM – Ilhan Omar merupakan wanita asal Somalia yang menjadi perwakilan Amerika Serikat (AS) dan tergabung di panel urusan luar negeri. Namun, jabatan Omar tersebut justru menuai pro kontra. Mantan pengungsi Somalia itu merupakan satu dari dua wanita Muslim yang bertugas di kongres AS.
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat AS, Kevin McCarthy menyerukan pencopotan Ilhan dari panel tersebut lantaran kritik masa lalu Omar terhadap Israel.
Pada Rabu (1/2), mayoritas Republik di DPR mengajukan pencopotan Ilhan Omar dari panel urusan luar negeri.
Namun, Demokrat menentang upaya tersebut, dan justru menuduh McCarthy fanatik sehingga berusaha melengserkan Omar.
Senada dengan Demokrat, Republikan juga mulainya menentang langkah McCarthy, tapi pada prosesnya muncullah keraguan terhadap Omar.
Alhasil, sebanyak 218 anggota Partai Republik yang hadir dalam rapat mengadakan pemungutan suara atas Ilhan Omar.
Pasalnya, Demokrat secara tegas mendukung Omar untuk tetap menjabat di posisi tersebut.
Kemudian, pemungutan suara pada hari ini Kamis (2/2) diharapkan menjadi yang terakhir karena kaum progresif mendukung Ilhan Omar.
Kaukus Progresif Kongres (CPC) mendukung Omar dan menyebutnya sebagai legislator andal serta terhormat.
“Anda tidak dapat mengeluarkan Anggota Kongres dari komite hanya karena Anda tidak setuju dengan pandangan mereka.”
“Ini menggelikan sekaligus berbahaya,” kata Ketua BPK Pramila Jayapal.
Serupa dengan Jayapal, senator AS Elizabeth Warren juga mendukung Ilhan Omar untuk tetap berada di Kongres AS.
“@IlhanMN adalah anggota kongres kelahiran Afrika pertama dan satu-satunya anggota Komite Urusan Luar Negeri DPR yang tinggal di kamp pengungsian. Sangat memalukan bahwa Partai Republik mencoba untuk menyingkirkannya setelah mencorengnya selama bertahun-tahun. Kami membutuhkan suara, nilai, dan keahliannya di Komite,” cuit Wallen melalui akun Twitternya.
Resolusi Omar Jadi Pemicu Pencopotannya
Resolusi yang digagas Ilhan Omar justru membuat dirinya ingin dilengserkan dari Kongres AS.
Gagasan kontroversial dari Omar tersebut melibatkan anggota kongres atas Israel serta kebijakan luar negeri AS.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.