Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

Puteri Komarudin Ultimatum Maraknya Tawuran Sarung Hingga Berujung Nyawa Melayang

Sarung yang disi batu untuk tawuran/arsip Humas Polda Jateng

“Aksi tawuran sarung ini sudah ada di setiap provinsi-provinsi di Indonesia dan sangat marah.”

“Oleh karena itu untuk mencegahnya perlu adanya tindak tegas dan peran keluarga.”

“Jadi ibu-ibu di sini bisa mengawasi buah hatinya ketika mau pergi atau bermain malam. Pastikan mengeceknya terlebih dahulu dan selalu mengawasinya,” tukas Puteri.

Bentuk Krisis Eksistensi

Jika ditelaah secara psikologi remaja-remaja yang terlibat dalam tawur sarung ini adalah mereka yang krisis eksistensi.

Sederhanya mereka membutuhkan pengakuan dari orang lain. Tawuran adalah salah satu bentuk sederhana dan instan agar mereka bisa diakui.

Relevan dengan hal ini maka butuh adanya peran penting mulai dari sektor paling intim hingga stakeholder terkait.

Bahkan selain keluarga, masyarakat juga harus bisa membantu pencegahan jika tercium gejala tawuran sarung ini. Jangan sampai terkesan dibiarkan dan justru kembali menimbulkan korban jiwa.

Tragedi di Bekasi yang telah menewaskan satu orang dan beberapa luka-luka telah menjadi bukti bahwa tawuran sarung bukanlah hal yang sepele. 

Fenomena tawuran sarung seolah menjadi bukti bahwa masyarakat tidak belajar dari pengalaman. Pasalnya  tahun lalu perang sarung antara dua kelompok pemuda di Mandalawangi, Pandeglang, Banten mengakibatkan satu remaja tewas.

Selain di Bekasi di tahun ini tawuran sarung kembali marak di kota-kota besar Pulau Jawa. Di Pasar Kemis, Tangerang pada 25 Maret lalu, polisi mengamankan 18 remaja. Di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah pada 27 Maret lalu polisi juga mengamankan belasan remaja. Begitupun di Surabaya. (pam/fau)