ANDALPOST.COM — Qatar telah menyerukan penyelidikan internasional terhadap operasi militer Israel yang menargetkan fasilitas medis di Jalur Gaza. Khususnya operasi baru-baru ini di dalam rumah sakit Al-Shifa, dan menyebutnya sebagai “kejahatan perang”.
Kementerian Luar Negeri Qatar secara resmi mendesak PBB untuk memulai penyelidikan menyeluruh atas tindakan Pasukan Pertahanan Israel (IDF), yang mereka klaim telah menargetkan rumah sakit di wilayah tersebut.
Kontroversi terbaru berpusat pada operasi IDF di dalam rumah sakit Al-Shifa, yang diklaim Israel sebagai basis kegiatan militer Hamas. Sementara Hamas, badan pemerintahan di Gaza, membantah tuduhan tersebut.
Menanggapi perkembangan ini, pemerintah Qatar telah menghimbau masyarakat global untuk mengambil tindakan segera dan tegas untuk meminta pertanggungjawaban Israel.
Lalu bertindak sebagai pencegah terhadap tindakan lebih lanjut yang menargetkan warga sipil.
Di tengah meningkatnya ketegangan, Qatar secara aktif terlibat dalam upaya mediasi yang bertujuan untuk mewujudkan gencatan senjata dan menjamin pembebasan sandera.
Upaya-upaya ini menunjukkan beberapa keberhasilan, dengan pembebasan empat sandera dari sekitar 240 sandera yang diyakini telah ditangkap oleh militan Hamas selama serangan pada tanggal 7 Oktober.
Para pejabat Israel melaporkan bahwa serangan-serangan ini mengakibatkan kematian sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil.
Selain permintaan dari pemerintah Qatar, Kepala Jaksa Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) juga telah angkat bicara dan telah meminta Israel dan Hamas untuk mematuhi hukum internasional.
“Semua aktor harus mematuhi hukum humaniter internasional. Jika Anda tidak melakukan hal tersebut, jangan mengeluh ketika kantor saya diminta untuk bertindak,” kata Khan pada hari Minggu (3/12/2023), saat ia mengakhiri kunjungan empat harinya ke Israel dan Tepi Barat yang diduduki.
Sebagai pembalasan, Israel memulai pemboman menyeluruh dan invasi darat ke Gaza. Di mana mengakibatkan kematian sekitar 11.500 orang, lagi-lagi sebagian besar warga sipil, menurut angka yang dikeluarkan oleh pemerintah yang dikelola Hamas.
Situasi kemanusiaan di Gaza pun masih memprihatinkan. Sejumlah truk bantuan berhasil memasuki Gaza melalui Mesir, menyusul kebuntuan berkepanjangan yang disebabkan oleh pemboman Israel terhadap wilayah kantong tersebut.
Bulan Sabit Merah Palestina memfasilitasi masuknya truk-truk yang membawa perbekalan penting. Seperti makanan, air, peralatan medis, dan obat-obatan, di penyeberangan Rafah.
Pengiriman bantuan ini telah tertunda sejak militer Israel kembali melakukan pengeboman, yang mengakibatkan kematian ratusan warga Palestina dan mempersulit operasi lembaga bantuan di wilayah tersebut.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.