Masih Belum Berpengalaman
Sambil bersikeras dia tidak akan mengganggu pemerintahan putranya, Hun Sen tetap berjanji kepada warga Kamboja bahwa dia akan terus mendominasi politik negara itu.
Setelah berkuasa pada tahun 1985, dia membantu memodernisasi negara yang hancur oleh perang saudara dan genosida. Meskipun, para kritikus mengatakan pemerintahannya juga ditandai dengan perusakan lingkungan, korupsi yang mengakar, dan pemusnahan hampir semua saingan politik.
Amerika Serikat, Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan Uni Eropa mengutuk pemungutan suara bulan lalu sebagai sesuatu yang tidak bebas dan tidak adil.
Hun Sen menolak tuduhan itu. Ia mengatakan penyerahannya dilakukan untuk menjaga perdamaian dan menghindari “pertumpahan darah” jika dia meninggal saat menjabat. Di saat yang sama, banyak kritik yang menyamakan apa yang dilakukan Hun Sen sebagai pembangunan dinasti politik—mirip dengan apa yang dilakukan oleh Korea Utara.
Dia juga memperingatkan bahwa jika nyawa Hun Manet terancam, dia akan kembali menjabat sebagai perdana menteri.
Meski dipersiapkan untuk posisi itu selama bertahun-tahun, putra sulung penguasa tangan besi Kamboja itu tetap belum teruji di arena politik, kata para analis.
Ada beberapa harapan Hun Manet akan memilih jalan yang lebih liberal daripada ayahnya, secara dirinya dididik di Inggris dan Amerika Serikat.
Sebagai anggota komite permanen partai yang berkuasa, Hun Manet telah menjadi komandan Angkatan Darat Kerajaan Kamboja sejak 2018.
Hun Manet juga telah bertemu dengan beberapa pemimpin dunia termasuk Presiden Xi Jinping dari China, lalu sekutu utama Kamboja. Kemudian, seorang dermawan yang signifikan.
Setelah mengundurkan diri, Hun Sen akan menjadi presiden Senat awal tahun depan. Kemudian, juga bertindak sebagai kepala negara saat raja berada di luar negeri. (xin/lfr)