Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

Ratusan Rohingya Terdampar di Pantai India, 20 Sudah Meninggal Dunia

Ilustrasi orang Rohingya yang mencoba melarikan diri dari Myanmar dengan menggunakan kapal. (Sumber: Al Jazeera)

ANDALPOST.COM – Lebih dari 100 Rohingya terdampar di sebuah kapal di lepas pantai Kepulauan Andaman, India. Diperkiran sekitar 16 hingga 20 orang telah meninggal karena kehausan, kelaparan, atau bahkan tenggelam.

Menurut laporan dari Reuters, kapal yang terdampar itu didekati oleh lima kapal India pada Selasa (20/12/2022) malam. Mendengar informasi tersebut, Chris Lewa selaku Direktur Proyek Arakan yang bekerja untuk mendukung Rohingya di Myanmar buka suara.

“Kami memperkirakan sebanyak 20 orang telah meninggal, beberapa karena kelaparan dan kehausan. Ada juga yang melompat ke laut karena putus asa. Ini benar-benar mengerikan dan keterlaluan,” kata Lewa menanggapi.

Seorang aktivis di New Delhi bernama Priyali Sur mengatakan bahwa situasi di kapal itu kian memburuk.

“Saya menghubungi orang-orang di atas kapal, mereka mengatakan dua anak telah meninggal. Kami mendapat laporan yang belum dikonfirmasi tentang beberapa kematian lagi karena dua orang yang putus asa sehingga melompat ke air,” beber Priyali.

“Sudah 25 hari mereka berada di laut. Mereka kehabisan makanan dan air minum,” imbuhnya.

Kelompok Kerja Rohingya Jaringan Hak Pengungsi Asia Pasifik mengatakan kalau kelompok itu telah terkatung-katung di laut selama lebih dari dua minggu.

“Kami mendengar tadi malam bahwa ada beberapa kapal India mendekati kapal itu, jadi kami sedang menunggu pembaruan sekarang,” kata Lilianne Fan, ketua rombongan.

“Kami berharap Angkatan Laut India atau penjaga pantai berhasil menyelamatkan dan menurunkan kapal itu secepat mungkin. Orang-orang ini telah terapung-apung di kapal yang rusak selama lebih dari dua minggu tanpa makanan dan air. Kami telah mendengar bahwa hingga 16 orang mungkin telah meninggal,” jelas Fan.

Seorang pengungsi Rohingya yang tinggal di distrik Cox’s Bazar di Bangladesh, Muhammed Rezuwan Khan, mengungkapkan bahwa saudara perempuannya Fatim Un Nisa (27) dan sang putri yang berusia lima tahun, termasuk di antara mereka.

“Dia meninggalkan kamp di Cox’s Bazar pada 25 November. Dia berjuang di sini sendirian dengan dua putri, salah satu putrinya bersama kami. Kami juga mengetahui bahwa banyak orang telah meninggal dan mereka kehabisan kebutuhan pokok,” ungkap Rezuwan Khan.

“Mereka kelaparan dan situasinya mengerikan. Kami sangat prihatin dengan kehidupan mereka,” lanjutnya.

Khan menuturkan agar masyarakat lain harus bergerak untuk menyelamatkan nyawa mereka. Setiap tahun, banyak orang Rohingya yang mempertaruhkan nyawa mereka dengan menaiki kapal reyot untuk menghindari kekerasan di Myanmar.

Sebagian dari mereka juga pergi untuk menghindari kemelaratan di kamp pengungsi Bangladesh. Para Rohingnya tersebut diketahui sedang berusaha untuk sampai ke Malaysia.

Kapal lain yang membawa 100 rombongan Rohingya sebelumnya telah diselamatkan oleh angkatan laut Sri Lanka pada akhir pekan lalu.

Pada 2 Desember, badan pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengeluarkan peringatan tegas karena peningkatan tajam jumlah orang Rohingya yang mencoba menyeberangi Laut Andaman dari Bangladesh dan Myanmar.

Dalam peringatan itu, PBB menjelaskan jalur air Asia Tenggara adalah salah satu yang paling mematikan di dunia. Meski begitu, lebih dari 1.900 orang Rohingya telah melakukan perjalanan sejak Januari tahun ini. Jumlah tersebut mengalami lonjakan, enam kali lebih banyak dibandingkan tahun 2020.

Pada tahun 2018, lebih dari 730.000 Rohingya melarikan diri ke negara tetangga Bangladesh karena tindakan keras militer di Myanmar. Menurut para saksi, kekerasan tersebut termasuk pembunuhan massal dan pemerkosaan. Namun di Bangladesh pun mereka juga hidup dengan segala kekurangan dan kemiskinan.

(SPM/MIC)