Alhasil, anggota parlemen Inggris telah menyatakan keprihatinannya atas laporan tentang tiga tempat seperti itu di Inggris.
“Saya khawatir, insiden diplomatik itu akan terjadi karena kekuasaan yang tersedia untuk pemerintah China jauh dan berlebihan,” tulis David Lake, ketua kelompok warga, dalam surat yang dikirimkannya kepada Raja Charles.
Selain itu, Dewan Inggris mengatakan pada tahun lalu bahwa mereka sedang mempertimbangkan untuk mengganti nama jalan-jalan di sekitar Royal Mint Court.
Beberapa di antaranya, menjadi ‘Lapangan Tiananmen’, ‘Pengadilan Uyghur’ dan ‘Jalan Hong Kong’.
Pergantian nama ini mereka lakukan, sebagai bentuk protes atas perlakuan China terhadap kelompok minoritas. Khususnya, kebijakan terhadap orang Uyghur di wilayah Xinjiang. China.
Diduga, China dituduh telah menahan satu juta orang Uyghur, dan menjadikan mereka sebagai budak kerja paksa.
Akhirnya Era Emas
Di sisi lain, Perdana Menteri Inggris, Rishi Sunak minggu ini menyampaikan pidato kebijakan luar negeri besar pertamanya.
Salah satu isinya, menandakan mendinginnya hubungan Inggris-China dan berakhirnya “era emas” mereka.
Namun di saat yang bersamaan, Sunak juga telah melunakkan pendekatan Inggris ke China selama lima minggu pertamanya berkuasa.
Alhasil, hal ini mengundurkan rencana pemerintah sebelumnya yang seringkali menyebut negara Asia Timur itu, sebagai “ancaman” bagi Inggris.
(wan/mic)