ANDALPOST.COM – Pada Selasa (27/12/2022), Rusia mengumumkan larangan penjualan minyak ke sejumlah negara yang memberlakukan batasan harga.
Pemberlakuan batasan harga tersebut dilakukan oleh negara Barat untuk membatasi kemampuan Rusia dalam mengumpulkan dana guna invasi ke Ukraina.
Di bawah batas harga yang mulai berlaku pada 5 Desember lalu, pedagang minyak harus berjanji untuk tidak membayar di atas Rp937 ribu per barel.
Hal ini dikhususkan untuk minyak lintas laut Rusia guna mempertahankan akses ke pembiayaan Barat terkait aspek penting pengiriman global, seperti asuransi.
Batas tersebut telah ditetapkan mendekati harga saat ini untuk minyak Rusia. Sayangnya, harga yang diberlakukan jauh di bawah harga Rusia saat menjualnya.
Negara Pengekspor Minyak Terbesar Kedua
Tak bisa dipungkiri, keuntungan penjualan minyak inilah yang digunakan Rusia untuk mengimbangi dampak sanksi keuangan.
Negara Rusia sendiri merupakan pengekspor minyak terbesar nan andal kedua di dunia setelah Arab Saudi. Alhasil, segala gangguan terhadap penjualannya akan berdampak luas pada pasokan energi global.
Sebuah keputusan dari Vladimir Putin yang diterbitkan di portal pemerintah dan situs web Kremlin menampilkan tanggapan langsung dari sang presiden terhadap tindakan kurang bersahabat tersebut.
Hal ini juga bertentangan dengan hukum internasional Amerika Serikat (AS) dan negara asing, serta organisasi internasional lainnya.
Karena itulah kemudian terbit larangan tegas Kremlin dengan menghentikan penjualan minyak mentah ke negara-negara yang berpartisipasi dalam pembatasan harga dari 1 Februari hingga 1 Juli 2023.
Larangan terpisah atas produk minyak sulingan seperti bensin dan solar ini akan berlaku pada tanggal yang ditetapkan oleh pemerintah.
Putin memang memiliki wewenang untuk mengesampingkan langkah-langkah tersebut dalam kasus-kasus khusus.
Batas harga Barat, yang tidak terlihat bahkan di masa Perang Dingin antara Barat dan Uni Soviet. Hal tersebut ditujukan untuk melumpuhkan pundi-pundi negara Rusia dan upaya militer Moskow di Ukraina.
Menurut Menteri Keuangan Anton Siluanov, defisit anggaran Rusia bisa lebih besar dari 2 persen pada PDB pada tahun 2023. Karena batas harga minyak menekan pendapatan ekspor Rusia.
Ini adalah rintangan fiskal tambahan untuk Moskow karena telah menghabiskan banyak uang guna kampanye militer di Ukraina.
Beberapa analis mengatakan bahwa pembatasan itu akan memiliki dampak langsung pada pendapatan minyak yang diperoleh Moskow, karena harga minyak Rusia telah jatuh lantaran kebijakan baru tersebut.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.