ANDALPOST.COM – Serangan gelombang rudal Rusia selama berminggu-minggu mengakibatkan tewasnya enam warga sipil, jaringan listrik padam, dan pembangkit tenaga listrik nuklir keluar dari jaringan, Kamis (9/3).
Gelombang rudal tersebut merupakan serangan brutal Rusia untuk pertama kalinya sejak pertengahan Februari lalu.
Padahal sebelumnya, invasi Rusia berada di fase ketenangan komparatif. Sejak Moskow memulai kampanye untuk menyerang infrastruktur sipil Ukraina atau tepatnya pada lima bulan lalu.
Mengetahui hal tersebut, Volodymyr Zelensky menyebut infrastruktur dan bangunan tempat tinggal di 10 wilayah terkena dampaknya.
“Para penjajah hanya bisa meneror warga sipil. Hanya itu yang bisa mereka lakukan. Tapi itu tidak akan membantu mereka. Mereka tidak akan menghindari tanggung jawab atas semua yang telah mereka lakukan,” jelas Zelensky.
Atas kejadian tersebut, setidaknya enam orang tewas dalam serangan rudal yang menghancurkan sebuah rumah desa di wilayah Lviv barat.
Rekaman drone dari daerah tersebut atau sekitar 700 km (440 mil) dari medan perang militer, menunjukkan sebuah rumah hancur lebur rata dengan tanah.
Sementara itu, di ibu kota Kyiv, warga terbangun karena suara ledakan dahsyat.
Ditambah peringatan serangan udara selama tujuh jam sepanjang malam membuat mereka merasa resah.
“Saya mendengar ledakan yang sangat keras, kami segera melompat dari tempat tidur dan melihat satu mobil terbakar. Kemudian mobil lain ikut terbakar. Kaca balkon dan jendela pecah,” kata Liudmyla (58), salah satu warga setempat.
“Sangat menakutkan, ada anak ketakutan dan melompat dari tempat tidur,” imbuhnya.
Liudmyla mengungkapkan, bahwa kondisi mental anak-anak akan terganggu. Sebab serangan udara selama tujuh jam tersebut, menakuti anak-anak.
“Bagaimana mereka bisa melakukan ini? Mereka bukan manusia, saya tidak tahu harus memanggil mereka apa. Mereka menakuti anak-anak, kondisi mental mereka akan terganggu,” terang Liudmyla.
Rudal Lumpuhkan Pembangkit Listrik
Di sisi lain, Moskow memang menargetkan infrastruktur Ukraina jauh dari garis depan mengurangi kemampuannya dalam berperang.
Kyiv mengatakan, serangan udara tidak berfokus pada militer, tapi bertujuan untuk menyakiti dan mengintimidasi warga sipil.
Sehingga, Kyiv mengklaim bahwa aksi tersebut merupakan kejahatan perang.
Di sisi lain, Pejabat Ukraina menyebut Moskow telah menembakkan enam rudal hipersonik kinzhalnya. Padahal, jumlah tersebut belum pernah terjadi sebelumnya.
Rusia diyakini hanya memiliki beberapa lusin rudal yang diklaim Putin sebagai senjata yang tidak dapat ditandingi NATO.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.