ANDALPOST.COM – Komentar Presiden Perancis, Emmanuel Macron mengenai Taiwan dapat dikatakan membingungkan, menurut seorang politisi senior Taiwan, Rabu (12/04/2023).
Diketahui, ucapan Macron tersebut dapat dilihat melalui wawancaranya, saat dia sedang melakukan kunjungan ke China.
Kunjungan tersebut, tentunya diharapkan dapat mencerminkan ‘kesatuan’ Eropa terhadap kebijakan China.
Akan tetapi, Macron mengucapkan yang sebaliknya, mencirikan krisis Taiwan yang terjadi sebagai ‘ketertarikan’ oleh Amerika Serikat (AS) dan ‘reaksi berlebihan China’.
Alhasil, dia juga menyerukan Uni Eropa untuk mengurangi ketergantungannya pada AS dan menjadi “kutub ketiga” dalam urusan dunia di antara Washington dan Beijing.
Tanggapan You Si-kun, Politisi Taiwan
Di sisi lain, diketahui, politisi yang menanggapi komentar Macron adalah You Si-kun, yang merupakan Ketua Parlemen Taiwan.
Si-kun, menulis di Facebook nya, pada Selasa malam lalu di suatu laporan tentang komentar Macron di Taiwan. Ia mempertanyakan komitmen Perancis terhadap kebebasan.
“Apakah ‘liberté, égalité, fraternité’ sudah ketinggalan zaman?,” tulis Si-kun, mereferensikan motto Perancis.
“Apakah tidak apa-apa untuk mengabaikan hal ini setelah menjadi bagian dari konstitusi? Atau dapatkah negara demokrasi maju mengabaikan nyawa dan kematian orang di negara lain?,” tambah Si-kun.
“Tindakan Presiden Macron, seorang pemimpin demokrasi internasional, membuat saya bingung,” tutupnya.
Diketahui, China telah melakukan latihan militer di sekitar Taiwan sejak Sabtu lalu, setelah Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen kembali dari kunjungan ke AS. Dilaporkan, Tsai bertemu dengan Ketua DPR AS, Kevin McCarthy pada saat itu.
Alhasil, Perancis, tidak memiliki hubungan diplomatik formal dengan Taiwan yang diklaim China.
Akan tetapi, mereka memiliki kedutaan secara de facto di Taipei, dan telah bergabung dengan sekutu AS lainnya dalam menggarisbawahi perlunya perdamaian di Selat Taiwan.
Selanjutnya, Kementerian Luar Negeri Taiwan pada hari Selasa lalu, (11/04/2023) berusaha meremehkan pernyataan Macron. Tetapi, kementerian tetap mencatat komentarnya.
“Kementerian Luar Negeri mengucapkan terima kasih kepada Perancis karena mengungkapkan keprihatinan tentang perdamaian dan stabilitas,” kata juru bicara, Jeff Liu.
“[Khususnya], di Selat Taiwan berkali-kali dan di banyak tempat internasional yang berbeda. Ini merupakan kelanjutan dari sikap dan posisi Perancis yang konsisten,” sambungnya.
Sebagaimana demikian, ‘ketegangan’ antar negara tentunya meningkat di Selat Taiwan, setelah pertemuan presiden Taiwan dengan seorang anggota parlemen AS di California.
Atas hal tersebut, China berusaha untuk mengisolasi Taiwan secara internasional.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.