ANDALPOST.COM — Pada Senin (15/5), Presiden Joko Widodo (Jokowi) disambangi oleh perwakilan dari Republik Korea di Istana Merdeka, Jakarta. Pertemuan tersebut membahas peningkatan hubungan antara RI- dan juga Korea yang hampir 50 tahun terakhir sudah berhubungan secara diplomatik.
Dalam pertemuan tersebut, Jokowi bahkan ditemani oleh beberapa menteri.
Seperti Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia yang bersama Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan. Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg), dan Duta Besar RI untuk Republik Korea Gandi Sulistiyanto.
Di tengah gempuran ekonomi yang semakin tidak jelas, Indonesia pun berupaya untuk meningkat hubungan diplomatik dengan negara-negara lain guna memperkuat keadaan ekonomi Indonesia. Republik Korea Selatan salah satunya.
Saat ini Korea Selatan (Korsel) menjadi salah satu negara yang menjadi pusat industri elektronika. Ada beberapa merek-merek besar mejeng dan diproduksi di negeri gingseng tersebut.
Sebut saja Samsung, LG, hingga Hyundai. Meski di awal berdirinya Korsel terus dibayang-bayangi oleh Jepang, negara itu mampu bangkit dengan cepat dan langsung dikukuhkan sebagai negara maju.
Sebab pertumbuhan ekonominya yang sangat pesat.
Korsel dianggap sebagai salah satu keajaiban ekonomi Asia. Dalam waktu yang relatif singkat, Korea berhasil menjadi negara industri modern sekaligus kekuatan ekonomi yang diperhitungkan oleh dunia.
Hubungan Indonesia dengan Korsel
Hubungan Indonesia dan Korsel pun cukup baik. Ada banyak kerjasama yang dilakukan oleh kedua negara dalam beberapa tahun terakhir. Hal tersebut juga dibenarkan oleh Bahlil selaku Menteri Investasi dan Kepala BKPM.
“Hubungan kedua negara sangat baik, apalagi memulai di akhir tahun 2015 sampai dengan ke sini yang ditandai dengan berbagai macam kebijakan perekonomian, salah satu di antaranya adalah menyangkut dengan perdagangan maupun investasi,” ujar Bahlil.
Dalam pertemuan tersebut, kedua negara juga bersepakat untuk meningkatkan neraca perdagangan lewat ekspor-impor. Oleh sebab itu, Presiden Jokowi berkomitmen untuk akses ekspor dari Indonesia ke Korea dibuka luas, utamanya di komoditas pangan.
“Tadi Bapak Presiden juga meminta agar akses ekspor komoditas-komoditas kita terutama komoditas pangan bisa dibuka; jeruk, kemudian beberapa komoditas unggulan lain,” ujar Bahlil.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.