Sayangnya, demokrasi kepulauan itu malah kian menekankan percepatan pengembangan senjata dalam negeri untuk meningkatkan kemampuan militernya.
Taiwan juga fokus pada sistem senjata yang lebih murah dan dapat diandalkan untuk menahan invasi China.
Lebih lanjut, Taiwan mengumumkan akan meningkatkan pengeluaran pertahanan tahunannya pada 2023 ini sebesar 13,9 persen.
Bahkan, masa wajib militer untuk pria Taiwan yang memenuhi syarat juga akan diperpanjang dari empat bulan menjadi satu tahun mulai tahun 2024 mendatang.
Senjata Buatan Taiwan
Pada hari Selasa, fasilitas penelitian penerbangan institut memamerkan berbagai drone tempur dan pengawasan yang dikembangkan oleh para ahli Taiwan.
Salah satu drone pengintai baru adalah UAV Albatross II, yang mampu melakukan pengawasan dalam waktu lama dan melacak kapal angkatan laut di atas laut menggunakan kecerdasan buatan (AI).
UAV Albatross II mampu bertahan di udara terus menerus selama 16 jam dan memiliki jangkauan maksimum lebih dari 300 kilometer (186 mil).
Drone pengintai baru lainnya yang disorot ialah UAV Cardinal III portabel. Drone itu mampu lepas landas dan mendarat secara vertikal. Serta dirancang untuk memantau kegiatan di sepanjang garis pantai.
Drone tempur utama yang diluncurkan ialah Loitering Munition UAV yang dapat dioperasikan oleh satu tentara.
Drone andal tersebut juga dibekali dengan hulu ledak dan mampu menargetkan individu atau kendaraan dari langit.
Sementara pihak institut menyebut Loitering Munition UAV dibuat setelah drone Switchblade 300 buatan AS yang telah banyak digunakan oleh militer Ukraina. Terlebih untuk menargetkan sistem radar musuh dalam pertahanannya melawan invasi Rusia.
“Jenis drone tempur baru lainnya juga dirancang untuk memanfaatkan sistem satelit GPS dan teknologi pelacakan gambar untuk melancarkan serangan,” terang pihak institut tersebut.
Sejumlah drone militer pribumi yang sudah digunakan oleh militer Taiwan juga dipamerkan.
Termasuk UAV Ketahanan Panjang Ketinggian Menengah yang mampu melakukan pengawasan jarak jauh dan memberikan peringatan udara dan laut tingkat lanjut.
Meski begitu, pihak institut tidak akan menjelaskan detail mengenai spesifikasi dan kemampuan drone karena dianggap rahasia oleh pemerintah Taiwan.
Disisi lain, Chi juga mengatakan, drone baru sedang diuji oleh militer Taiwan dan kemungkinan akan memasuki produksi massal paling cepat akhir tahun ini. (spm/ads)