Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

Teka Teki Hilangnya Wartawan Pakistan, Dikenal sebagai Pendukung Imran Khan

Wartawan Pakistan meneriakkan slogan selama demonstrasi untuk memperingati Hari Kebebasan Pers Dunia. (Foto: Arif Ali/AFP)

Korban Meninggal

Komunitas media Pakistan dan jurnalis independen juga menuntut pertanggungjawaban bagi mereka yang berada di balik pembunuhan Arshad Sharif, pembawa acara TV terkemuka Pakistan.

Arshad Sharif meninggal lantaran ditembak mati di Kenya pada bulan Oktober 2022 lalu.

Wartawan berusia 49 tahun itu tinggal di pengasingan setelah melarikan diri dari negara itu untuk menghindari penangkapan usai berbagai kasus mencuat.

Termasuk tuduhan penghasutan terkait komentar yang ia buat dan dianggap menyinggung militer.

Polisi dilaporkan menembaki kendaraannya di Nairobi. Sementara pihak berwenang Kenya mengatakan, mereka menyesali pembunuhan itu.

Bahkan, pihak Kenya berdalih penembakan tersebut merupakan kasus kesalahan identitas.

Dua hilangnya jurnalis bulan ini pun menyusul protes keras oleh pendukung Imran Khan.

Mereka terlibat bentrok selama berhari-hari dengan polisi di seluruh Pakistan, menyerang fasilitas umum dan instalasi militer. Juga marah dengan penangkapan mantan PM Imran Khan.

Kekerasan baru mereda setelah Imran Khan dibebaskan dua hari kemudian, usai Mahkamah Agung menyatakan penangkapannya ilegal.

Sejak protes mematikan, pemerintah telah menindak para pendukung Imran Khan. Menangkap hampir 5.000 orang dan berencana mengadakan persidangan di hadapan pengadilan militer.

Acara itu dikabarkan sangat tertutup bagi media maupun pengamat lainnya.

Disisi lain, kelompok Hak Asasi Manusia (HAM) mengutuk sifat rahasia dari proses ini. Lalu menyatakan keprihatinan tentang kurangnya pengadilan nan adil.

Pada Jumat (26/5/2023), Menteri Dalam Negeri, Rana Sanaullah mengatakan, sedikitnya 33 orang yang diduga menyerang instalasi militer telah diserahkan kepada tentara untuk diadili militer.

Di hari yang sama pula, Imran Khan dan istrinya dimasukkan dalam daftar larangan terbang. 

Pemerintah mengatakan pihaknya, juga sedang mempertimbangkan pelarangan partai Pakistan Tehreek-e-Insaf.

Padahal sejumlah anggota dari partai tersebut memilih mundur setelah penangkapan protes brutal. (spm/ads)