ANDALPOST.COM — Tentara Sudan telah menangguhkan partisipasinya dalam pembicaraan mengenai gencatan senjata dan akses kemanusiaan, kata sumber-sumber diplomatik Sudan, Rabu (31/5/2023).
Sehingga, terbitlah kekhawatiran mengenai pertempuran baru. Padahal, pertempuran sebelumnya telah menelan korban jiwa serta ratusan ribu orang mengungsi.
Pembicaraan dengan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) paramiliter saingan, dimulai di kota pelabuhan Jeddah, Arab Saudi pada awal Mei.
Pembicaraan tersebut menghasilkan deklarasi komitmen untuk melindungi warga sipil dan dua kesepakatan gencatan senjata jangka pendek yang telah berulang kali dilanggar.
Tentara dan RSF pun telah sepakat untuk memperpanjang kesepakatan gencatan senjata selama seminggu sebelum berakhir pada Senin (29/5/2023) malam.
Sumber-sumber diplomatik mengatakan pada Rabu (31/5/2023), bahwa tentara menangguhkan partisipasinya dalam pembicaraan tersebut.
Seorang juru bicara militer, Brigadir Nabil Abdalla juga menuturkan kepada kantor berita Associated Press bahwa keputusan itu sebagai tanggapan atas dugaan pelanggaran berulang oleh RSF atas gencatan senjata.
Serta kemanusiaan, termasuk pendudukan rumah sakit dan infrastruktur sipil lainnya di ibu kota, Khartoum.
Namun, dalam sebuah pernyataan, RSF menuduh tentara menghentikan pembicaraan di Jeddah. Sehingga sehingga dapat melemahkan mereka dan melanggar gencatan senjata dengan menggunakan kekuatan udara serta artileri berat untuk menyerang posisinya.
Padahal, hingga Selasa (30/5/2023) malam, bentrokan sengit dilaporkan terjadi di Khartoum.
Bahkan penduduk setempat melaporkan adanya pertempuran intensif di ketiga kota yang bersebelahan, yakni di Khartoum, Omdurman, dan Khartoum Utara.
Tujuan Pembicaraan di Jeddah
Dilansir oleh Mohamed Vall dari Al Jazeera mengatakan, meskipun tujuan pembicaraan di Jeddah adalah untuk membantu warga sipil mengatur kembali kehidupan mereka, tetapi tujuan pastinya masih sulit dimengerti.
“Kami memiliki orang-orang yang masih meninggalkan Khartoum. Kami memiliki orang-orang yang masih terperangkap di rumah mereka karena RSF, justru mereka menggunakan warga sipil sebagai tameng,” beber Vall.
Gencatan senjata itu pun ditengahi dan dipantau dari jarak jauh oleh Arab Saudi dan Amerika Serikat (AS).
Kedua negara itu mengatakan, baik tentara Sudan maupun RSF telah melanggar kesepakatan.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.