Situasi di wilayah tersebut masih tegang, baik Israel maupun Hizbullah terus saling baku tembak. Komunitas internasional telah menyerukan gencatan senjata segera dan kembali melakukan perundingan untuk menyelesaikan konflik secara damai.
Organisasi dunia, khususnya PBB, telah menyatakan keprihatinan besar mengenai meningkatnya kekerasan dan dampak buruknya terhadap warga sipil di wilayah tersebut.
Konflik
Konflik berkepanjangan antara Israel dan Hizbullah telah berlangsung selama bertahun-tahun, dan kedua belah pihak saling menuduh melakukan agresi dan kekerasan.
Eskalasi yang terjadi baru-baru ini menimbulkan kekhawatiran yang besar. Sebab berpotensi mengganggu stabilitas seluruh wilayah dan menimbulkan kerugian lebih lanjut terhadap warga sipil yang tidak bersalah.
Banyak pihak yang mengambil kesimpulan bahwa insiden baku tembak antara pasukan Israel dan Hizbullah di Lebanon Selatan menandakan peningkatan kekerasan yang berbahaya di wilayah tersebut. Penggunaan rudal dan serangan udara yang kuat telah mengakibatkan kerusakan besar dan korban jiwa.
Kedua belah pihak harus menahan diri dan berupaya mencapai penyelesaian konflik secara damai.
Seruan masyarakat internasional untuk segera melakukan gencatan senjata dan kembali melakukan perundingan diplomatik merupakan langkah penting dalam mencegah eskalasi lebih lanjut dan menjamin keselamatan warga sipil yang terjebak dalam baku tembak.
Situasinya masih berubah-ubah, dan upaya untuk meredakan ketegangan dan memulihkan stabilitas terus dilakukan.
Dilansir dari Reuters, Pemimpin Hizbullah Sayyed Hassan Nasrallah, dalam pidato pertamanya sejak perang Hamas-Israel dimulai, mengatakan pada hari Jumat (3/11/2023), bahwa eskalasi di depan Lebanon akan bergantung pada peristiwa di Gaza dan tindakan Israel terhadap Lebanon.
Ia juga mengatakan serangan-serangan yang sejauh ini terjadi di perbatasan “bukanlah segalanya” yang dilakukan Hizbullah. (paa/ads)