Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

Vanessa Pappas Mengundurkan Diri Sebagai COO di TikTok

Vanessa Pappas Mengundurkan Diri Sebagai COO di TikTok
COO Tiktok Vanessa Pappas yang mengundurkan diri pada Kamis (22/6). Sumber: Alex Wong/Getty Images

ANDALPOST.COM – Chief Operating Officer (COO) TikTok, Vanessa Pappas, dikabarkan telah hengkang dari jabatannya, diketahui dari sebuah surel yang dikirimkannya kepada staff pada Kamis (22/06/2023).

Isi lengkap dari surel tersebut diunggahnya ke Twitter, di mana ia juga mengumumkan bahwa ia mengundurkan diri sebagai COO.

Pappas mengatakan bahwa sekarang “saat yang tepat untuk beranjak dan fokus kembali.” Sementara itu, ia akan tetap di Tiktok dan mengisi peran penasehat.

Ia juga berucap bahwa ia akan fokus berwirausaha.

“Mengingat semua kesuksesan yang diraih di TikTok, saya akhirnya merasa ini adalah waktu yang tepat untuk maju dan fokus kembali pada hasrat kewirausahaan saya,” tulisnya dalam surel yang dipublikasikannya.

Pappas yakin bahwa masa depan akan terlihat jauh lebih berbeda lagi dengan inovasi teknologi luar biasa seperti AI generatif, robotika, energi terbarukan, genomik, blockchain, dan IoT.

Mengundurkan Diri di saat Tiktok sedang tertekan

Pappas bekerja di perusahaan platform ternama tersebut semenjak lima tahun lalu, dan menjabat sebagai COO mulai dari Mei 2021.

Vanessa Pappas Mengundurkan Diri Sebagai COO di TikTok
Pappas telah lima tahun bekerja di Tiktok. Sumber: Alex Brandon/AP

Pengunduran diri Pappas terjadi, ketika TikTok menghadapi pengawasan baru dari pemerintah atas hubungan perusahaan induknya, ByteDance, dengan China.

Anggota parlemen AS pekan lalu memperkenalkan undang-undang baru untuk melindungi data pengguna Amerika, agar tidak digunakan oleh China.

Bulan lalu, TikTok menggugat Montana setelah menjadi negara bagian pertama yang melarang aplikasi tersebut di seluruh negara bagian.

Sebagian besar waktu Pappas selama menjabat sebagai COO melibatkan upaya untuk secara terbuka menjauhkan cabang perusahaan AS, dari kepemilikan China.

Ada serangkaian tuduhan pengungkap fakta, dan laporan memberatkan yang menggambarkan karyawan China mengakses data pengguna AS.

Tidak diragukan lagi, hal tersebut telah merusak kemampuan perusahaan untuk membujuk anggota parlemen yang sudah skeptis.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.