Dalam cuitan lain, UNICEF Pasifik pun mengungkapkan dampak dari dua topan di wilayah tersebut.
“Ribuan anak di Vanuatu terkena dampak dua topan yang menghancurkan rumah, sekolah, fasilitas kesehatan, dan infrastruktur.”
“@UNICEF ada di lapangan, dengan staf kami siap dikerahkan untuk memberikan dukungan penyelamatan jiwa yang mendesak kepada keluarga,” tulisnya.
Kronologi
Topan Kevin melanda ibu kota pada Jumat (3/3) malam dan bergerak melintasi provinsi pulau selatan Tafea pada Sabtu pagi.
Menurut departemen meteorologi, topan tersebut membawa hembusan angin di atas 230 km (142,92 mil) per jam.
Sehingga, siaga merah berlaku untuk provinsi Tafea, rumah bagi lebih dari 30.000 orang.
Hal itu diungkap oleh Kantor Penanggulangan Bencana Nasional.
Atas bencana tersebut, semua kapal pun dihimbau untuk tidak melaut.
Angin diperkirakan akan melemah selama enam hingga 12 jam ke depan karena Topan Kevin terus bergerak ke tenggara, menjauh dari Vanuatu.
Belum reda dampak dari Topan Kevin, Vanuatu kembali dihebohkan oleh gempa berkekuatan 6,5 dan 5,4 skala richter yang terjadi pada Jumat.
Namun, tidak ada laporan langsung mengenai korban.
Tak hanya itu, situasi di pulau-pulau terpencil di Vanuatu juga masih belum jelas.
Sekretaris Jenderal Palang Merah Vanuatu, Dickinson Tevi pun mengungkapkan bagaimana kondisi masyarakat di Santo ketika merasakan gempa. Mereka tidak bisa keluar rumah untuk melihat kerusakan karena angin kencang.
“Mereka mengatakan kepada saya bahwa mereka tidak bisa tidur nyenyak saat gempa melanda ketika mereka sudah bangun dari siklon,” tambahnya
“Akses ke masyarakat yang terkena dampak terhambat karena sebagian besar jalan rusak dan kabel listrik yang jatuh juga menyebabkan pemadaman listrik, membuat komunikasi ke masyarakat terpencil menjadi sulit. Pulau Tanna di provinsi Tafea diperkirakan akan terkena dampak terparah,” beber Tevi.
Badan tanggap bencana juga siap siaga untuk melihat kerusakan lebih lanjut akibat Topan Kevin.
Mereka pun akan melakukan pemulihan atas kerusakan tersebut. (spm/ads)