Sayangnya, Alissa mendapatkan reaksi yang keras dari internet akibat keputusannya untuk menambahkan inklusivitas dalam merknya tersebut.
Banyak akun Twitter yang membully perempuan tersebut dengan komentar-komentar yang tidak senonoh.
Di saat yang sama, banyak juga dukungan yang diterima oleh Alissa atas keputusannya untuk menjadikan inklusivitas bagian dari branding Bud Light.
Karir Alissa Heinerscheid
Alissa menyebut dirinya sebagai “perempuan pertama yang memimpin merek bir terbesar di industry” adalah lulusan The Wharton School, Pennsylvania.
Ia memegang gelar Master of Business Administration dari universitas bergengsi.
Perempuan itu juga memegang gelar sarjana seni dari Harvard University, di mana ia mengejar Bahasa Inggris dan Sastra/Surat.
Sebelum menjadi Wakil Presiden di perusahaan Anheuser-Busch, Alissa memulai karirnya di bidang pemasaran di Tapestry Networks. Ia meninggalkan organisasi tersebut lima tahun kemudian untuk menjadi Associate Brand Manager Listerine.
Alissa bergabung dengan Anheuser-Busch pada Mei 2015 di mana ia bekerja sebagai Director of Value Brands, Director Bud Light Sports & Music
Serta Senior Director Bud Light Communications, VP of Direct to Consumer Marketing, dan VP drafLine & Digital.
Selama 10 bulan terakhir, ia telah ditunjuk sebagai VP di Bud Light, dilansir dari akun LinkedIn resminya.
Pada saat artikel ini ditulis, influencer trans Dylan Mulvaney belum menanggapi soal reaksi yang diterima Bud Light. Namun, dia telah memicu perdebatan lain dengan menjadi duta merek Nike. (xin/ads)