Lalu, ada seorang pengunjuk rasa yang mengatakan kepada AFP, bahwa dia dan lima temannya yang menghadiri protes. Diduga, menerima panggilan telepon dari polisi Beijing.
Polisi pun, meminta informasi tentang gerakan mereka pada Senin malam itu.
Bahkan, pengunjuk rasa tersebut juga mengaku seorang polisi mengunjungi rumah temannya setelah mereka menolak menjawab telepon dari polisi.
“Dia menyebutkan nama saya dan bertanya apakah saya pergi ke sungai Liangma tadi malam, dia bertanya dengan sangat spesifik,” beber pengunjuk rasa.
“[Seperti], berapa banyak orang di sana, jam berapa saya pergi, bagaimana saya mendengarnya,” tambahnya.
Reaksi Inggris dan Amerika Serikat
Sementara itu, BBC News mengatakan salah satu jurnalisnya telah ditangkap dan dipukuli oleh polisi saat meliput protes Shanghai. Alhasil, kementerian luar negeri China pun bersikeras mengelak dari hal itu.
Menanggapi kejadian ini, Perdana Menteri Inggris, Rishi Sunak memperingatkan bahwa China menimbulkan “tantangan sistemik” terhadap nilai dan kepentingan Inggris.
Ini tentunya, karena pemerintah Inggris yang mengutuk pemukulan yang dilaporkan terhadap reporter BBC.
Sunak sendiri, mengatakan apa yang disebut “era keemasan” hubungan Inggris-Tiongkok yang dikumandangkan oleh mantan perdana menteri David Cameron telah “berakhir.”
Di sisi lain, di Washington, Gedung Putih mengatakan Presiden Joe Biden sedang memantau kerusuhan dengan cermat.
Diketahui, juru bicara Dewan Keamanan Nasional, John Kirby tidak menjelaskan reaksi Biden terhadap tuntutan pengunjuk rasa. Tetapi, mengatakan sang presiden mendukung hak-hak mereka.
“Orang-orang harus diberi hak untuk berkumpul dan memprotes secara damai, [terkait] kebijakan atau undang-undang atau perintah yang mereka permasalahkan,” kata Kirby.
(spm/fau)