ANDALPOST.COM – Warga Korea Selatan (Korsel) turun ke jalan guna menggelar aksi unjuk rasa atas rencana Jepang yang ingin membuang air radioaktif dari pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi ke laut, Kamis (6/7/2023).
Sebelumnya, Korsel mengatakan pihaknya menghormati kesimpulan tinjauan keamanan oleh pengawas nuklir PBB yang menyetujui rencana Jepang untuk melepaskan air limbah.
Hal itu terjadi setelah Badan Energi Atom Internasional (IAEA) pada Selasa (4/7/2023) mengatakan tinjauan dua tahun menunjukkan bahwa rencana tersebut konsisten dengan standar keselamatan global dan akan memiliki dampak radiologis yang dapat diabaikan bagi manusia dan lingkungan.
Namun, tidak semua orang memiliki sentimen yang sama dengan pemerintah Korea Selatan.
Politisi oposisi Lee Jeong-mi telah melakukan mogok makan di luar kedutaan Jepang di Seoul selama lebih dari 10 hari untuk memprotes rencana Jepang yang ingin melepaskan limbah Fukushima ke laut.
Lee mengungkapkan bahwa laporan IAEA sangat meragukan karena tidak menyajikan bukti ilmiah atas masalah keamanan terkait rencana Jepang tersebut.
“Kami mengharapkan IAEA untuk mengatakan sesuatu seperti peninjauan dilakukan berdasarkan metode ilmiah yang membuktikan bahwa aman (untuk air yang diolah) untuk dilepaskan ke laut,” kata pemimpin oposisi kecil Partai Keadilan.
“Sebaliknya, ulasan tersebut memiliki banyak kekurangan bagi kami untuk mempercayai laporan itu,” tuturnya.
Lee juga menuduh pemerintah Korea Selatan tetap diam, meskipun mayoritas warga menentang pelepasan air Fukushima.
Sebuah survei yang dilakukan bulan lalu menunjukkan bahwa 84 persen warga Korea Selatan menentang rencana Jepang tersebut.
Sekitar tujuh dari 10 orang mengatakan mereka akan mengkonsumsi lebih sedikit makanan laut jika wacana tersebut direalisasikan.
Tanggapan ahli
Secara global, para ahli berbeda pendapat tentang apakah pelepasan air olahan dari Fukushima ke laut akan aman atau justru berbahaya.
Beberapa reaktor pabrik Fukushima Daiichi mengalami kehancuran setelah sistem pendinginnya kewalahan oleh tsunami besar pada tahun 2011 silam.
Pemerintah Jepang menyatakan telah mengolah air yang cukup untuk mengisi 500 kolam renang ukuran Olimpiade dan digunakan untuk mendinginkan batang bahan bakar pembangkit listrik setelah rusak.
Air limbah telah disaring untuk menghilangkan sebagian besar unsur radioaktif kecuali tritium, isotop hidrogen yang sulit dipisahkan dari air.
Tangki penyimpanan air di situs Fukushima diperkirakan akan penuh pada awal tahun depan serta ruang untuk membangun semakin langka.
Operator pabrik Tokyo Electric Power Company (TEPCO) mengatakan akan membuang air ke laut selama 30 hingga 40 tahun.
Usai mendapat persetujuan dari IAEA, Perdana Menteri (PM) Fumio Kishida mengatakan negaranya sekarang bertujuan untuk mendapatkan penerimaan atas rencana tersebut baik di dalam negeri maupun internasional.
Rencana untuk membuang air radioaktif yang diolah di Fukushima datang saat Seoul dan Tokyo berusaha memperbaiki hubungan bilateral yang dirusak oleh perselisihan sejarah.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.