Israel mengirim pasukan darat ke Gaza yang dikuasai Hamas setelah berminggu-minggu melakukan serangan udara dan artileri sebagai pembalasan atas serangan lintas batas yang dilakukan kelompok Islam tersebut ke Israel selatan pada 7 Oktober.
Israel telah berjanji untuk memusnahkan Hamas. Namun jumlah korban jiwa warga sipil di Gaza yang padat penduduk dan kondisi kemanusiaan menimbulkan kekhawatiran di seluruh dunia karena kekurangan makanan, bahan bakar, air minum dan obat-obatan.
Yordania, salah satu dari segelintir negara Arab yang telah menormalisasi hubungan dengan Israel, mengatakan pada hari Rabu bahwa pihaknya menarik duta besarnya dari Tel Aviv sampai Israel mengakhiri serangannya di Gaza.
Menunggu di Perbatasan
Nahed Abu Taeema, direktur Rumah Sakit Nasser di Jalur Gaza, mengatakan 19 pasien yang terluka parah dari rumah sakitnya akan termasuk di antara 81 pasien yang dievakuasi ke Mesir.
“Hal tersebut memerlukan operasi lanjutan yang tidak dapat dilakukan di sini karena kurangnya kemampuan, terutama perempuan dan anak-anak,” kata Abu Taeema.
Seorang pejabat Barat mengatakan daftar orang-orang dengan paspor asing yang dapat meninggalkan Gaza telah disepakati antara Israel dan Mesir.
Seorang pejabat Israel membenarkan bahwa negaranya berkoordinasi dengan Mesir untuk keluar dari sana.
Mesir telah menyiapkan rumah sakit lapangan di Sheikh Zuwayed, kata sumber medis. Ambulans sudah menunggu di Rafah.
Sumber pertama mengatakan kesepakatan itu tidak terkait dengan isu-isu lain. Seperti pembebasan sekitar 240 sandera yang ditahan oleh Hamas sejak serangan 7 Oktober.
Serangan darat Hamas yang mengejutkan ke Israel selatan pada 7 Oktober yang memicu permusuhan menewaskan sekitar 300 tentara dan 1.100 warga sipil, kata Israel.
Kementerian Kesehatan Gaza pun mengatakan setidaknya 8.796 warga Palestina di daerah kantong pantai yang sempit. Termasuk 3.648 anak-anak, telah tewas akibat serangan Israel sejak saat itu. (spm/ads)