ANDALPOST.COM – Somalia berada di ambang kelaparan terburuk dalam setengah abad terakhir karena kekeringan meningkat serta harga pangan global melambung tinggi. Alhasil, membuat ratusan ribu orang berisiko mati kelaparan.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan bahwa sebagian negara itu akan dilanda kelaparan dalam beberapa minggu mendatang. Bahkan, proyeksi ini dapat lebih parah daripada kasus kelaparan pada tahun 2011 silam.
Saat itu, lebih dari seperempat juta orang di Somalia tewas akibat kelaparan. Mayoritas dari mereka adalah anak-anak.
Lebih dari Rp 34 miliar diperlukan untuk menyediakan makanan, air, tempat berlindung, kesehatan, serta sanitasi andal bagi warga di sana. Sayangnya, warga Somalia hanya menerima sekitar setengahnya dari donasi asing.
“Masyarakat internasional tidak boleh menunggu deklarasi kelaparan untuk bertindak,” kata Direktur Eksekutif Dana Kependudukan PBB (UNFPA) Natalia Kanem, Senin (21/11/2022), dikutip dari Context.
“Kita harus masuk ke sana dengan respons yang menyelamatkan jiwa sekarang,” imbuhnya.
Pekerja bantuan memaparkan ambang kelaparan telah dialami di beberapa daerah. Sehingga, penting untuk menyerukan deklarasi resmi segera yang akan menarik perhatian global terhadap bencana di Somalia tersebut.
Adanya deklarasi juga akan membantu mobilisasi bantuang asing yang sangat dibutuhkan untuk menyelamatkan nyawa warga Somalia.
“Kami telah memperingatkan tentang kelaparan selama berbulan-bulan tetapi bantuan lambat. Sekarang kami menghadapi situasi bencana, orang-orang sekarat,” kata Adil Al-Mahi, kepala badan amal Oxfam di Somalia.
“Deklarasi kelaparan pasti akan mendatangkan lebih banyak dukungan,” sambung Al-Mahi.
Tetapi mendeklarasikan kelaparan adalah proses kompleks yang sangat dipengaruhi oleh politik.
Apa Yang Dimaksud Deklarasi Kelaparan?
Deklarasi kelaparan umumnya akan dibuat jika di suatu daerah mengalami bencana kelaparan sangat parah. Dibarengi banyaknya orang yang meninggal dunia karena kelaparan serta tidak cukup memiliki makanan bergizi.
Mengapa Somalia Menghadapi Bencana Kelaparan Lagi?
Perubahan iklim merupakan alasan utama mengapa Somalia menghadapi kelaparan lagi. Menurut para pekerja bantuan di Somalia, negara itu menghadapi musim hujan kelima yang gagal secara berturut-turut.
Sehingga, mendorong populasi lebih rentan. Selain itu, pendapatan mereka juga menurun drastis bahkan hilang lantaran pandemi COVID-19.
Kelaparan semakin parah karena melonjaknya harga biji-bijian, bahan bakar, dan pupuk setelah invasi Rusia ke Ukraina. Somalia bergantung pada Rusia dan Ukraina untuk 90 persen gandumnya, dan harga beberapa komoditas pokok naik hingga 160 persen.
Bagaimana Kekeringan Mempengaruhi Somalia?
Sekitar 6,7 juta orang, hampir setengah dari populasi negara itu menghadapi kelaparan yang parah karena kurangnya curah hujan selama lebih dari dua tahun. Hal ini juga berdampak pada hancurnya hasil panen mereka dan membunuh ternak.
Lebih dari satu juta orang telah diusir dari rumah mereka dan dipaksa melakukan perjalanan selama berhari-hari untuk mencari makanan, air, dan perawatan medis.
Ratusan anak yang kekurangan gizi dan terkena penyakit telah meninggal dan lebih dari 300.000 orang menghadapi kelaparan.
Jika Banyak Orang Sekarat, Lantas Mengapa Deklarasi Tidak Diumumkan?
Keputusan untuk menyatakan kelaparan umumnya dibuat bersama oleh pemerintah dan PBB.
Deklarasi kelaparan dapat menjadi perdebatan politik karena pemerintah menganggap hal itu sebagai “alat” bagi lawan untuk menunjukkan kegagalan pemerintahan dan ketidakmampuan mereka untuk memberikan perlindungan besar.
Pekerja bantuan di Somalia mengatakan bagian dari pemerintahan Presiden Hassan Sheikh Mohamud yang baru terpilih ragu-ragu untuk menyatakan kelaparan karena dapat merusak dukungan publik.
Pemerintah juga khawatir deklarasi kelaparan dapat menghalangi investor dan mengalihkan bantuan asing yang ditujukan untuk proyek pembangunan jangka panjang karena membantu bencana kelaparan.
Pada bulan September lalu, Mohamud mengakui bahwa kemungkinan kelaparan di beberapa bagian Somalia sangat serius.
“Mendeklarasikan kelaparan itu sendiri adalah situasi yang sangat sulit yang tidak hanya mempengaruhi korban kelaparan, tetapi juga menghentikan pembangunan dan mengubah perspektif,” kata Mohamud. (SPM/FAU)