Terima Notifikasi Berita Terkini. 👉 Join Telegram Channel.

Waspada! Ilmuwan Peringatkan Kutub Utara Bebas Es Laut di Musim Panas Tahun 2030

Waspada! Ilmuwan Peringatkan Kutub Utara Bebas Es Laut di Musim Panas Tahun 2030
Es Kutub Mencair Setiap Tahun (Nationalgeographic.com)

ANDALPOST.COM – Para ilmuwan memperingatkan, Arktik atau Kutub Utara dapat bebas dari es laut satu dekade lebih awal dari yang direncanakan.

Ini menjadi tanda lain yang jelas bahwa krisis iklim terjadi lebih cepat dari yang diperkirakan, karena dunia terus mengeluarkan polusi yang memanaskan planet.

Studi tersebut yang baru diterbitkan pada Selasa (06/06/2023) di Jurnal Nature Communications. Dalam penelitianya, ditemukan bahwa es laut Arktik bisa hilang sepenuhnya selama September pada awal 2030-an.

Namun, peneliti tersebut menyebutkan kita bisa saja menahan Arktik agar terbebas dari es laut hingga 2050.

Asalkan, semua masyarakat dunia kompak untuk membuat pengurangan signifikan terhadap polusi yang dapat memanaskan planet hari ini.

Sebelumnya, para peneliti sudah menganalisis perubahan dari tahun 1979 hingga 2019.

Misalnya, dengan membandingkan berbagai data satelit, dan model iklim untuk menilai bagaimana es laut Arktik berubah.

Hasilnya, dikatakan bahwa setiap tahun es Arktik pada musim panas telah menyusut sekitar 13 persen. Pada tahun 2021, merupakan rekor terendah yang menyatakan bahwa es Arktik telah menyusut.

Peneliti juga menambahkan bahwa penurunan es laut sebagian besar disebabkan oleh polusi pemanasan planet.

Polusi itu disebabkan oleh manusia. Lalu, terdapat juga beberapa orang juga yang telah meremehkan tentang tren pencairan es laut Arktik di Kutub Utara.

Temuan tersebut tentunya cukup suram. Oleh karena itu, peneliti dalam studi tersebut sangat menghimbau untuk warga dunia untuk segera mungkin untuk mengurangi emisi.

Pasalnya, apabila tidak dilakukan, hal buruk akan terjadi diantara tahun 2030 hingga 2050.

“Kami terkejut menemukan bahwa Arktik bebas es akan ada di musim panas terlepas dari upaya kami untuk mengurangi emisi, yang tidak diharapkan,” terang Seung-Ki Min, penulis utama studi dan profesor di Universitas Sains dan Teknologi Pohang , Korea Selatan.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.