ANDALPOST.COM — Presiden Prancis, Emmanuel Macron memulai turnya ke negara-negara di Afrika Tengah, pada Rabu (1/3) sebagai kunjungan yang bersifat diplomatis.
Di antara negara-negara Afrika Tengah, Macron khususnya mengunjungi negara-negara yang berbahasa Prancis. Atau negara-negara bekas koloni Prancis di masa lampau.
Antara lain negara-negara yang akan dikunjungi adalah Gabon, Angola, Kongo-Brazzaville dan Kongo-Kinshaha (DRC).
Kunjungan yang dilakukan itu dilatarbelakangi oleh kekuatan Rusia dan China yang semakin berkembang kuat dan pesat di wilayah Afrika.
Di saat yang sama, Prancis juga menuduh Rusia menyebarkan retorika anti-Prancis di wilayah tersebut.
Hal itu dikarenakan, kelompok prajurit upahan asal Rusia, Wagner, yang diduga aktif beraktivitas di Mali dan Republik Afrika Tengah.
Oleh karena itu, Prancis pun berniat untuk ‘mengulang hubungan’. Juga menawarkan kerjasama yang setara antara Prancis dengan negara-negara Afrika tersebut.
Macron berjanji untuk memutuskan perjanjian dari kebijakan pasca-kolonial sebelumnya.
“Kepentingan paling utama kami adalah demokrasi,” ujar Macron. Sekaligus menekankan bahwa ia menginginkan adanya kerja sama ekonomi antara Prancis dengan negara-negara Afrika Tengah.
Pasukan militer Prancis juga dijanjikan Macron untuk hengkang dari Afrika Tengah. Meskipun banyak sumber militer dan analis berbicara bahwa kepala militer Prancis akan enggan untuk melakukannya.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.