ANDALPOST.COM – Runtuhnya “ julto pul” atau jembatan gantung bersejarah era kolonial di negara bagian Gujarat, India Barat menyisakan pilu mendalam bagi orangtua maupun kerabat keluarga para korban. Insiden yang mengakibatkan sedikitnya 141 korban jiwa itu terjadi sekitar pukul 18.40 waktu setempat, Minggu (30/10/2022).
Kantaben dan suami, Rajesh, harus kehilangan ketiga anaknya yang menjadi korban dalam kecelakaan tersebut. Mengutip dari BBC, Kantaben dan Rajesh menceritakan kejadian sebelum anak-anaknya tewas.
Cerita Keluarga Kantaben
Saat itu merupakan minggu perayaan Diwali, sehingga kegiatan sekolah libur. Tiga bersaudara putra Kantaben dan Rajesh, Chirag Mucchadiya (20), Dharmik (17) dan Chetan (15) memilih bepergian ke jembatan gantung yang baru dibuka beberapa hari setelah berbulan-bulan direnovasi. Sebelum berangkat, mereka izin kepada Kantaben.
Akses untuk jalan ke tengah jembatan, para pengunjung harus membeli tiket. Saat itu, ketiga bersaudara membeli tiket 17 rupee ($0,21) untuk dewasa dan 12 rupee untuk anak-anak. Setelah tiket di tangan, mereka berjalan melintasi jembatan setinggi 230 meter (755 kaki) itu.
Nahasnya, jembatan tua tersebut justru ambruk dan menewaskan ratusan orang, termasuk Chirag, Chetan, dan Dharmik. Selain itu, puluhan korban lainnya terluka dan beberapa orang masih dinyatakan hilang.
Di lain sisi, salah seorang teman ketiga bersaudara itu memberi tahu Kantaben bahwa jembatan gantung yang dikunjungi ketiga anaknya telah runtuh.
“Saya mulai menelepon putra-putra saya, tetapi saya tidak bisa tersambung. Saya sangat gelisah dan mulai mondar-mandir di rumah saya,” ungkap Kantaben.
Sang suami, Rajesh, langsung bergegas ke tempat kejadian. Ia mulai berkeliling rumah sakit. Tepat pukul 23.00 waktu setempat, jenazah Dharmik dan Chirag ditemukan di Rumah Sakit Sipil Morbi.
Dalam kondisi malam yang gelap, polisi, pejabat setempat, tim tanggap bencana, dan personel militer melanjutkan pencarian para korban selamat maupun tewas. Pukul 03.00, jasad Chetan juga ditemukan.
Mendengar kabar tersebut, para pelayat mulai berdatangan ke rumah Kantaben dan Rajesh.
“Kami telah kehilangan semua putra kami, segalanya bagi kami. Apa yang kami miliki sekarang? Suamiku dan aku sendirian,” ujar Kantaben.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.